The Golden Age of Islam - Pendahuluan



Judul Asli : ARABIC THOUGHT AND THE WESTERN WORLD
in the Golden Age of Islam
Penulis : Eugene A. Myers
_________________________________________________

Islam muncul pada paroh pertama abad ke-7 Masehi. Kemenangan-kemenangan militer secara mengejutkan dapat diraih dengan begitu cepatnya. Syria, Irak, Persia dan Mesir merupakan wilayah-wilayah pertama yang ditaklukan. Pada tahun 711 M, Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) dapat ditaklukan.

Aktifitas-aktifitas keagamaan berjalan mengiringi kemenangan-kemenangan militer. Proses konversi ke dalam agama Islam terjadi seiring dengan penaklukan terhadap wilayah-wilayah lainnya. Kelompok Ibadah (salah satu kelompok Khawarij) yang mempresentasikan kesederhanaan teologi, hukum dan politik Islam awal mulai terbentuk, dan begitu juga dengan mazhab-mazhab hukum Islam ortodok -- seperti Mazhab Hanafi (awal abad ke-8), dan Mazhab Maliki (pertengahan kedua abad ke-8). Anas bin Malik, pendiri mazhab yang dinamai sesuai dengan namanya itu, telah menyusun kumpulan hadis-hadis Nabi saw yang paling awal.

Secara umum, dapatlah diakui bahwa sedikit orang yang mengamalkan agama mereka secara lebih serius dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh kaum muslim awal. Semangat inilah yang pada kenyataannya menjadi penggerak utama atas rasa persatuan dan kekuatan mereka dalam melawan musuh-musuh yang memiliki keimanan yang lebih rendah dan lemah dibanding mereka.

Namun dibalik kemenangan-kemenangan militer dari suatu agama baru yang progresif, kebudayaan, Ilmu dan Pengetahuan (science and knowledge) Islam masihlah berjalan amat lambat. Kebanyakan orang berpikir bahwa keunggulan teritorial dan spiritual dapat mendorong sebuah negara berada dalam barisan terdepan pada segala bidang. Akan tetapi, mengapa Islam tidak dapat menjadi pusat pengetahuan dunia. Kesadaran inilah yang mendorong hasrat kaum muslimin mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain yang kemudian ditranslasikan (diterjemahkan) ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan ini terbukti menjadi suatu yang memainkan peranan utama.

Aktifitas penerjemahan memungkinkan suatu kebudayaan dapat mempelajari kebudayaan lainnya, dan hasil yang diperoleh melalui penerjemahan ini lebih menakjubkan daripada kemenangan-kemenangan militer dan penguasaan terhadap wilayah-wilayah lain.

Sebelum tahun 750 M, sedikit sekali karya-karya dalam bahasa lain yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab, dan bangsa Arab tidak memiliki sesuatu yang lebih untuk dibanggakan, kecuali hanya keunggulan kekuatan militernya. Pengetahuan dan kebudayaan Arab juga masih belum banyak mengalami kemajuan, sedangkan ilmu pengetahuan muslim masih belum muncul ke permukaan. Akan tetapi faktor-faktor yang mengarahkan kesana sudah mulai nampak.

Tanda-tanda Mulai Nampak

Pertama, ditengah kemunduran kebudayaan Yunani dan munculnya Islam, berkembanglah sebuah kebudayaan yang memainkan peranan yang amat penting setelah kebudayaan Yunani, yang merupakan perpaduan dari elemen-elemen timur (oriental), yaitu peradaban Hellenisme yang mulai muncul di permukaan setelah 300 SM.

The Musium, adalah sebuah institusi penelitian Ilmu pemngetahuan, dimana pusat intelektualnya adalah Alexanderia. Dari catatan naskah-naskah kuno yang ditemukan, diketahui bahwa peradaban Hellenisme berkembang ke segala penjuru yang secara signifikan mempengaruhi orang-orang yang berhubungan dengannya, seperti orang-orang Mesir, Syria, Persia dan Arab.

Kedua, Filsafat Yunani mengalami stagnasi sejak tahun 529 M, seiring dengan penutupan Akademi Athena secara resmi oleh Justianian, sehingga para filosof Neo-Platonik yang meminta perlindungan penguasa Persia, Kisra Anushirwan, mulai menerjemahkan karya-karya yang mereka miliki ke dalam bahasa Syria dan Persia.

Ketiga, Akademi Jundishapur di Persia yang merupakan pusat pertukaran dan sinkretisme intelektual terbesar pada abad ke-7 M, menjadi tempat berkumpulnya para Nestorian (pengikut nestorius) yang diusir dari Edessa pada tahun 489 M, dan juga bagi para Neo-Platonis yang juga terusir, dan dibawa bersama mereka ke Jundishapur terjemahan-terjemahan Syria dari berbagai macam karya, khususnya karya-karya dalam bidang pengobatan.

Disamping itu juga, Kisra Anushirman (penguasa Persia) memerintahkan menerjemahkan karya-karya Aristoteles dan Plato ke dalam bahasa Persia. Ia juga mengirim para dokter-dokternya ke India untuk mencari manuskrip-manuskrip pengobatan, dan mereka (para dokter-dokter) , kembali ke Persia tidak hanya membawa berbagai macam karya-karya tentang pengobatan (medis), tetapi juga membawa permainan catur serta fabel-fabel Pilpay atau Kalila Wa Dimma.

Banyak karya-karya Ilmu dan Pengetahuan (lihat postingan ana tentang Mantiq, Ilmu atau Pengetahuan) , dikomentari di Akademi Jundishapur yang menjadi semacam Clearing House bagi idea-idea filsafat dan sains, dengan fungsi utamanya sebagai Pusat Transmisi Pengetahuan, daripada sebagai Pusat Penemuan Pengetahuan Baru.

Keempat, Adalah aktivitas Para Nestorian. Seperti kita ketahui dari catatan sejarah, bahwa pada pertengahan pertama abad ke-5 M, Pendeta-pendeta dan Nestorius dipecat dan diusir dari kota Antioch, dan mereka berpindah ke wilayah Arab, dan kemudian ke Mesir. Disebabkan, karena para pendeta itu beserta pengikutnya, mengingkari penyatuan penuh antara Tuhan dan manusia kedalam diri Kristus, hal ini dinilai oleh penguasa pada waktu itu sebagai sebuah pendistorsian terhadap ajaran kristen pada waktu itu.

Banyak karya-karya Yunani tentang matematika dan kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Syria oleh para Nestorian Kristiani. Sebagian dari mereka bahkan menguasai berbagai macam bahasa, seperti bahasa Yunani, Syria, Arab dan Persia, dan harus diakui pula, bahwa mereka memiliki peranan yang cukup besar dalam menjadikan kaum muslimin dapat berada di barisan terdepan dalam kebudayaan dan sains.

Tercatat, Sergios of Resaina, seorang dokter, filosof Syria yang juga penerjemah dari bahasa Yunani ke bahasa Syria pada abad ke-6 M, memperkenalkan kepada masyarakat Syria berbagai macam karya Yunani dalam bidang filsafat dan kedokteran, diantaranya adalah terjemahan dari karya-karya Plato, Aristoteles, Porphyry, Hipprocrates dan Galen (sekitar 26 buku), serta karya-karya Peripatetik, dan beberapa karya-karya terjemahannya direvisi oleh Hunain ibn Ishaq pada abad ke-9.

Sejak itulah, ... Ilmu Pengetahuan Muslim muncul kepermukaan, mengisi ke-vakuman yang ditinggalkan oleh Peradaban Barat yang mengalami kemunduran sejak akhir abad ke-9 hingga abad ke-12. Pengaruh Islam dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan barat sangatlah luar biasa.

Periode 750-1400 M, telah memunculkan para ilmuwan-ilmuwan Muslim terkemuka dalam sepanjang sejarah, dan pada periode ini merupakan era pencerahan (Enlightenment) bagi Dunia sebelum adanya gerakan Renassance. Dan survey kronologis kita akan dimulai dari al-Kindi, sang filosof Arab (wafat thn. 873 M) yang nama lengkapnya, adalah Abu Yusuf Yakub Ibnu Ishaq al-Kindi.



Wassalamualaikum Wr. Wb,

Posting : H. Umar Hapsoro Ishak
Kumpulan Artikel