Pemimpin yang Mengendalikan Hartanya

Ketika mendengar suara hiruk-pikuk, Aisyah sontak bertanya, “Apakah yang telah terjadi di kota Madinah?”

“Kafilah Abdurrahman bin Auf baru datang dari Syam membawa barang-barang dagangannya,” seseorang menjawab.

Ummul Mukminin berkata lagi, “Kafilah yang telah menyebabkan semua ini?”

“Benar, ya Ummul Mukminin. Karena ada 700 kendaraan.”

Aisyah menggeleng-gelengkan kepalanya. Pandangannya jauh menerawang seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat dan didengarnya.

Kemudian ia berkata, “Aku ingat, aku pernah mendengar Rasululah berkata, `Kulihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan perlahan-lahan.”

Sebagian sahabat mendengar itu. Mereka pun menyampaikannya kepada Abdurrahman bin Auf. Alangkah terkejutnya saudagar kaya itu. Sebelum tali-temali perniagaannya dilepaskan, ia segera melangkahkan kakinya ke rumah Aisyah.

“Engkau telah mengingatkanku sebuah hadits yang tak mungkin kulupa.” Abdurrahman bin Auf berkata lagi, “Maka dengan ini aku mengharap dengan sangat agar engkau menjadi saksi, bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya, kupersembahkan di jalan Allah.”

Dan dibagikanlah seluruh muatan 700 kendaraan itu kepada semua penduduk Madinah dan sekitarnya. Sebuah infak yang mahabesar.

Abdurrahman bin Auf adalah seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya. Bukan seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya. Sebagai bukti, ia tidak mau celaka dengan mengumpulkan harta kemudian menyimpannya. Ia mengumpulkan harta dengan jalan yang halal.

Kemudian, harta itu tidak ia nikmati sendirian. Keluarga, kaum kerabatnya, saudara-saudaranya dan masyarakat ikut juga menikmati kekayaan Abdurrahman bin Auf.

Saking kayanya Abdurrahman bin Auf, seseorang pernah berkata, “Seluruh penduduk Madinah bersatu dengan Abdurrahman bin Auf. Sepertiga hartanya dipinjamkan kepada mereka. Sepertiga lagi dipergunakannya untuk membayar utang-utang mereka. Dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagi-bagikan kepada mereka.”

Abdurahman bin Auf sadar bahwa harta kekayaan yang ada padanya tidak akan mendatangkan kelegaan dan kesenangan pada dirinya jika tidak ia pergunakan untuk membela agama Allah dan membantu kawan-kawannya. Adapun, jika ia memikirkan harta itu untuk dirinya, ia selalu ragu saja.

Pada suatu hari, dihidangkan kepada Abdurahman bin Auf makanan untuk berbuka puasa. Memang, ketika itu ia tengah berpuasa. Sewaktu pandangannya jatuh pada hidangan tersebut, timbul selera makannya. Tetapi, beberapa saat kemudian ia malah menangis dan berkata, “Mush’ab bin Umair telah gugur sebagai seorang syahid. Ia seorang yang jauh lebih baik daripadaku. Ia hanya mendapat kafan sehelai burdah; jika ditutupkan ke kepalanya, maka kelihatan kakinya. Dan jika ditutupkan kedua kakinya, terbuka kepalanya.”

Abdurrahman bin Auf berhenti sejenak. Kemudian melanjutkan dengan suara yang juga masih terisak dan berat, “Demikian pula Hamzah yang jauh lebih baik daripadaku. Ia pun gugur sebagai syahid, dan di saat akan dikuburkan hanya terdapat baginya sehelai selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, dan telah diberikan pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh kami khawatir telah didahulukan pahala kebaikan kami.”

Begitulah Abdurrahman bin Auf. Ia selalu takut bahwa hartanya hanya akan memberatkan dirinya di hadapan Allah. Ketakutan itu sering sekali, akhirnya menumpahkan air matanya. Padahal, ia tidak pernah mengambil harta yang haram sedikitpun.

Pada hari lain, sebagian sahabat berkumpul bersama Abdurrahman bin Auf menghadapi jamuan di rumahnya. Tak lama setalah makanan diletakkan di hadapan mereka, tiba-tiba ia kembali menangis. Sontak para sahabat terkejut. Mereka pun bertanya, “Kenapa kau menangis, wahai Abdurrahman bin Auf?”

Abdurrahman bin Auf sejenak tidak menjawab. Ia menangis tersedu-sedu. Sahabat benar-benar melihat bahwa be¬tapa halusnya hati seorang Abdurrahman bin Auf. Ia mudah tersentuh dan begitu penuh kekhawatiran akan segala apa yang diperbuatnya di dunia ini.

Kemudian terdengar Abdurrahman bin Auf menjawab, “Rasulullah Saw. wafat dan belum pernah beliau berikut keluarganya makan roti gandum sampai kenyang. Apa harapan kita apabila dipanjangkan usia tetapi tidak menambah kebaikan?”

Jika sudah begini, bukan hanya Abdurrahman bin Auf yang menangis, para sahabat pun akan ikut menangis. Mereka adalah orang-orang yang hatinya mudah tersentuh, dekat dengan Allah dan tak pernah berhenti mengharap ridha Allah. (sa)


Posted : H. Umar Hapsoro Ishak

Sumber: eramuslim.com

Berbagai komentar pada tulisan di Kompasiana ini tentang “Ketika Banyak Orang Bersumpah”. Seperti juga pada wall maupun yang masuk di inbox facebook saya, yakni tentang ’sumpah’, maupun “tanda-tanda orang-orang munafik,” menggelitik saya untuk meneruskan topik ini. Namun, kali ini penulis mencoba lebih banyak mengangkatnya dari sudut agama. Pasalnya, khotib shalat Jum’at tadi di Masjid Al-Hidayah, Bidakara, berkhotbah juga dengan topik ini.

Amat memperihatinkan memang, bagi mereka-mereka yang belum tentu menjalankan ajaran Islam dalam praktek kehidupannya sehari-hari, bahkan tidak mau menggunakan syariah Allah dalam aturan kehidupannya, apalagi memperjuangkan tegaknya ajaran agama-Nya, tapi ketika kesandung perkara, tiba-tiba mereka rame-rame memperlihatkan simbol-simbol agama. Mereka bersumpah dengan simbol-simbol agama bahkan mengucapkan lafal Allah, sungguh sangat ironis.

Apa itu sumpah? Bagaimana Islam mengatur sumpah? Dengan apa bersumpah? Apa dampak bagi orang yang sumpah palsu?

Sumpah dalam bahasa Arab ialah al-Aiman yang merupakan jamak dari kata al-Yamin. Arti asalnya adalah tangan kanan, karena untuk bersumpah masyarakat Arab biasanya mengangkat tangan kanan mereka. Secara istilah, sumpah berarti menguatkan perkara yang disumpah dengan menggunakan nama Allah, atau salah satu dari nama-nama Allah, atau salah satu dari sifat-sifat Allah.

Begitu sakralnya perkara sumpah ini, sehingga seseorang tidak boleh main-main dalam bersumpah apalagi berdusta atau sumpah paslu, sekalipun terhadap perkara yang amat kecil. Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa mengambil hak seorang muslim dengan sumpahnya (yang dusta), maka sesungguhnya Allah mewajibkan baginya masuk neraka dan mengharamkan baginya syurga.” Seseorang bertanya: “Sekalipun terhadap sesuatu yang remeh ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “(Ya), sekalipun sebatang kayu arak (yang digunakan untuk bersiwak).” (HR. Muslim)

Sungguh besar resiko dan ancaman bagi orang yang berdusta dalam sumpahnya, oleh karena itu Islam mengingatkan umatnya agar hati-hati dalam bersumpah dan jangan biasakan diri bersumpah. Jangan bersumpah tentang ini dan itu tanpa keperluan. Kebiasan bersumpah akan menyebabkan orang merasa tidak bersalah ketika berdusta dalam sumpahnya sehingga akhirnya terjebak dalam ancaman hadis di atas. Bahkan Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi hina.” (QS. Al-Qalam:10)

Rahasia pemerintahan yang kuat atau masyarakat yang maju adalah terletak pada penegakan hukum yang adil. Sudah menjadi bukti sejarah, bahwa kehancuran umat-umat terdahulu, adalah karena tidak adanya penegakan hukum yang adil. Jika kejahatan itu diperbuat oleh penguasa, orang “kuat” atau berduit, padahal itu kejahatan besar, bahkan merugikan masyarakat banyak, hukum tidak ditegakkan. Namun jika yang berbuat kesalahan itu orang biasa, masyarakat lemah, meskipun kesalahannya kecil, segera hukum ditegakkan, dengan seberat-beratnya. Rasulullah Saw. bersabda:

“Wahai manusia!, ketahuilah bahwa kehancuran umat terdahulu adalah karena mereka tidak menegakkan hukum dengan adil. Jika yang mencuri –berperkara- dari golongan terpandang, mereka biarkan. Namun jika yang mencuri itu orang yang tidak punya, mereka secara tegas menegakkan hukum. Demi Allah, jika Fatimah putri Muhammad –anak beliau sendiri- mencuri, pasti saya potong tangannya.” (HR. Bukhari)

“Demi Allah” sebagai sebuah ucapan yang mengawali sumpah sering kita dengar untuk membuktikan bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar. Sesungguhnya, Allah Ta’ala melarang sumpah dijadikan sebagai alat menipu, “Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu diantaramu yang menyebabkan tergelincir kaki(mu) sesudah kokoh tegaknya dan kamu rasakan kemelaratan (didunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan bagimu azab yang besar.” (QS. An-Nahl :94).

Dari Abu bakar r.a, Rasulullah Saw bersabda: “Maukah kalian semua jika kuberitau tentang dosa paling besar diantar dosa-dosa paling besar ?” kami menjawab ” sudah tentu wahai Rasulullah.” lalu, sambil berbaring beliau Saw bersabda: “Pertama, syirik kepada Allah, lalu durhaka kepada orang tua…” lalu tiba-tiba Rasulullah duduk tegak dan bersabda: “yang ketiga sumpah palsu dan saksi palsu. “Rasulullah terus mengulang-ulang yang ketiga ini sampai para sahabat gemetar dan berkata: “seandainya Rasulullah diam” karena takutnya para sahabat mendengarkan kata sumpah dan saksi palsu yang diulang terus menerus oleh Rasulullah.” (Hr. Bukhari Muslim). Betapa beratnya dosa dengan sumpah palsu apalagi yang merugikan orang lain.

Kalau pemerintah dan masyarakat tidak ingin hancur sebagaimana umat terdahulu, maka tegakkan hukum, tanpa pandang bulu. Siapapun yang terbukti berbuat kejahatan, tindak pidana, maka hukum harus ditegakkan, sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku dengan cara yang adil. Allah swt. berfirman: “Apabila kalian menghukumi suatu perkara di antara manusia, maka hukumilah dengan cara yang Adil.” Allahu a’alam.

Oleh karena itu marilah kita benar-benar memelihara lidah kita dari penyakit-penyakit yang membahayakan. semoga tulisan ini bermanfaat.

Salam,

H. Umar Hapsoro Ishak

Ketika Banyak Orang Bersumpah

“Demi Allah saya bersumpah bahwa saya belum pernah menerima suap atau memaksa orang lain untuk memberikan suap atau pemerasan,” ujar M Jasin dalam petikan sumpahnya yang dilakukannya saat siaran langsung di TVone, Minggu (08/11) malam. Ia tidak lupa membacakan beberapa kalimat doa dalam bahasa Arab dalam sumpahnya tersebut. Seperti yang ditulis dalam artikel “Dibawah Alquran, M. Yasin Bersumpah Tak Terima Suap atau Memeras,” di Kompas.com, (Minggu, 08/11/09).

Tiga hari hari sebelumnya, Kom.Jen.Pol. Susno Duadji, bersumpah di hadapan Komisi III bidang hukum DPR RI, bahwa ia tidak pernah menerima uang terkait kasus Bank Century, “Lillahita’ala..saya tidak pernah terima uang terkait (kasus) Century,” ujar Susno, Kamis (5/11) malam.

Pernyataan mengejutkan yang dilontarkan Kombes Pol Wiliardi Wizard, kemarin (10/11) saat memberikan kesaksian dalam sidang terdakwa Antasari Azhar, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Wiliardi juga bersumpah, “Demi Alloh saya bersumpah, ini adalah skenario yang buat Direktur, Wakil Direktur, Kabag, kasat,” Belum lagi pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh orang-orang yang diduga terlibat kasus suap, ketika dimintai konfirmasi/kesaksian sehubungan dengan kasus suapnya, hampir semuanya selalu disertai sumpah. Kitapun diajak untuk berpikir, …. benarkah sumpah mereka itu? Lantas, apakah orang-orang yang bersumpah atas nama Allah dengan lafazh yang bervariasi, semisal “Demi Allah” dan lafazh-lafazh lainnya, Dilarang dalam agama?

Tidak dapat disangkal lagi bahwa, banyak bersumpah akan mengakibatkan pelecehan terhadap kedudukan Tuhan, Asma dan SifatNya, sebab si orang yang bersumpah ini telah mengagungkanNya terhadap urusannya tersebut. Maka, bilamana dia berdusta, itu artinya dia telah melecehkan Asma`Allah dan tidak lagi memuliakanNya. Tentunya, hal ini menafikan kesempurnaan tauhid. “Jangan bersumpah kecuali dengan nama Allah. Barangsiapa bersumpah dengan nama Allah, dia harus jujur (benar).”
Hasanudin AF, Guru Besar Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, mengatakan, bahwa fenomena bersumpah atas nama Tuhan, sebagai tanda adanya penyakit di masyarakat. Makin banyaknya orang yang terjerat kasus hukum dan bersumpah atas nama Tuhan boleh-boleh saja. Tetapi, ketika banyak yang melakukannya, itu suatu pertanda. Bahwa, suatu masyarakat sedang sakit mental dan moralnya.

Hasanudin AF mengungkapkan pendapatnya saat dimintai pandangan tentang banyaknya orang-orang bersumpah atas nama Tuhan di depan publik. Terutama, ketika banyak kasus-kasus hukum diungkap ke media massa. ”Di dalam Islam, sumpah itu ada ajarannya. Artinya, sumpah itu dilakukan untuk meyakinkan diri sendiri atau seseorang tentang suatu tuduhan yang dilekatkan padanya itu tidak benar. Ajaran itu dibenarkan dalam Islam. Cuma pelaksanaannya seharusnya tidak sembarangan,” katanya, Selasa (10/11).

Ini sama saja berarti, sumpah atas nama Tuhan itu bisa dilakukan terutama ketika seseorang berada dalam keadaan mendesak. Sumpah bisa diucapkan ketika berada dalam saat-saat yang diperlukan. ”Nah, yang sekarang terjadi ini sumpahnya seperti apa? Perbuatannya apa?” kata Hasanuddin.

Guru Besar Fakultas Syariah ini melihat, kecenderungan yang terjadi, sumpah itu justru sering dilakukan sebagai alibi untuk mengaburkan masalah dan tuduhan. ”Apakah yang sebenarnya dia perbuat, sehingga dia mengeluarkan air mata dan bersumpah. Apakah sumpah itu bertentangan dengan hati nurani atau sebaliknya justru melakukan perbuatan yang disangkakan?” tanya Hasanudin.

Memang, sumpah itu pada akhirnya akan kembali pada setiap diri yang bersumpah. Karena, hanya mereka yang bersumpah-lah yang paling tahu tentang arti sumpahnya. Karena itu, akan berbahaya kalau sumpah tersebut dijadikan pedoman oleh hakim, sementara di dalam hati yang bersumpah, dia mengetahui bahwa sebenarnya dia berbohong. ”Kalau sudah begitu, hanya dirinya yang bersumpah dan Tuhan yang tahu. Apa yang diucapkan memang menjadi pertimbangan. Tapi kalau kemudian ada bukti lain, itu menjadi urusan dia dengan Tuhan. Dan sudah pasti ada risiko. Artinya, sejauh mana sumpah yang dilakukan berdasarkan kenyataan atau sebaliknya. Cuma sekali lagi, bagi hakim tentu akan menjadi pertimbangan,” kata Hasanudin.

Sekali lagi, Hasanudin mengatakan bahwa fungsi sumpah adalah untuk menolak apa yang disangkakan atau meyakinkan apa yang tidak diperbuat. Namun, “ketika banyak orang bersumpah”, itu sudah menunjukkan suatu gejala yang tidak sehat. ”Itu menunjukkan ciri-ciri masyarakat sedang sakit, yakni sakit mental dan moral. Sehingga semuanya berlindung pada asma Allah,” tegasnya.

Di Islam sendiri, sudah ada sejarah tentang sumpah atas nama Tuhan. Penyimpangan dan penyalahgunaan sumpah, ada hukum dan konsekuensinya.

Karena itu, ketika banyak orang bersumpah atas nama Tuhan, justru menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk membongkar mafia hukum. Sehingga, sumpah itu tidak berubah menjadi sumpah serapah karena orang tidak percaya pada hukum dan pengadilan. [inilah]

Nah, kelihatannya rada agak nyambung nih dengan tulisan yang kemarin, “Pembenaran Yang Aya-aya Wae”. Dengan tidak bermaksud su’udzon, sumpah mulai dipertontonkan buat meyakinkan publik, untuk tujuan pembenaran atas sebuah perbuatan. Bisa saja pembenaran itu untuk hal yang benar sehingga bisa diterima orang lain, atau juga pembenaran dari hal yang salah tapi ingin diterima benar oleh orang lain (manipulasi bukti dan opini serta argumentasi mengada-ada agar terlihat lebih meyakinkan atau barangkali menjadi terkesan lebih rasional).

Kebenaran bertahan lama, sementara pembenaran cepat atau lambat akan tersingkap kepalsuannya.

Kebenaran terkadang kurang populer, sedangkan pembenaran selalu mengandalkan popularitas. “dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah menduga-duga.” (al-An’am: 116)

Kebenaran melahirkan kebaikan, sedangkan pembenaran melahirkan kerusakan. Tentang akibat masyarakat yang menegakkan kebenaran Allah berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (al-A’raf: 96)

Sedangkan tentang orang-orang munafiq Allah menceritakan bagaimana mereka memakai sumpah palsu untuk mendapatkan popularitas, Allah berfirman, “mereka (orang-orang munafiq) bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, Padahal Allah dan Rasul-Nya Itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin.” (at-Taubah: 62)

Allah SWT juga berfirman; “dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (Al-Baqarah: 204)

Kebenaran terkadang pahit dan tidak sesuai dengan hawa nafsu sedangkan pembenaran selalu mengikuti hawa nafsu. Kebenaranlah yang pada akhirnya bermanfaat di akhirat, sedangkan pembenaran hanya akan mempersulit hisab seseorang. Semoga Allah Ta’ala memberi petunjuk dan kekuatan pada kita semua untuk mengetahui dan mengikuti kebenaran di mana pun dan kapan pun. Amiin.

Allahu a’lam bishshowab,

Salam,

H. Umar Hapsoro Ishak

Obrolan Abu Nawas - Soal Krisis Ekonomi Global - (3)

Umar -Tukang Nasi dan Abu Nawas, barangkali lebih pas kalau dipakai buat judul obrolan santai kita dengan shohib imajiner ana Abu Nawas yang kembali telah hadir di Kantin Rasamala cyberzone. Topik obrolan menjelang sahur di bulan Ramadhan 1430 H yang penuh barokah dan maghfiroh ini, Insya Allah ada manfa'atnya, yakni; mau ngomongin mortgage atau subprime mortgage, ... itu makanan apa sih?" (ngomongin disini bukan ghibah lho...)

Di KR cyberzone ngobrolnya berbeda seperti yang sering kita saksikan di tipi-tipi swasta yang kalau lagi nanggap seseorang, ... selalu diberi label "Tokoh ini-itu" atau pejabat publik, maupun wakil rakyat, yang padahal sama-sama kita tahu bahwa label itu dimaksudkan buat menaikkan rating mereka dimata pemasang iklan (biar kelihatannya acara debatnya berkelas gitu lho), ... ditambah, seringkali kita menyaksikan penampilan yang overacting dari si tukang bawa acaranya, dan komen-komennya seringkali OOT. Nah kalau disini, kita ngobrolnya santai aja deh, ... sambil ngopi, ngeteh, ngerokok dan ngemil (kalau pas ada camilannya) , ... sambil tiduran juga eng'ga ada yang ngelarang.

Shohib imajiner kita, Abu Nawas mulai membuka obrolannya dengan membentangkan kertas-kertas catatan yang ia bawa dari rumah, ... "Mortgage berasal dari bahasa perancis yang artinya "matinya sebuah ikrar". Dan sepertinya istilah ini lebih cocok dipakai daripada perjanjian/kontrak kredit ataupun KPR, karena isinya, ... memberikan perintah kepada trustee (pihak yang netral bukan bagian dari pihak lender maupun borrower). Dan, apabila borrower (trustor) gagal dalam membayar kreditnya maka Lender (beneficiary) akan meminta trustee untuk menyita property tersebut, dan trustee akan melakukan perintah dari Lender sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam perjanjian mortagage tersebut.

Di Amriikii (AS), Kredit Pemilikan Rumah (Mortgage) dibagi menjadi tiga kategori :

1. Prime: bunganya paling rendah tapi khusus untuk yang keuangannya solid
2. Alt-A: kelas menengah tapi tidak memenuhi kategori Prime, bunganya lebih tinggi sedikit krn resikonya lebih tinggi dari yg Prime
3. SubPrime: KPR kelas terendah yang bunganya paling tinggi krn resikonya yang paling tinggi.

Di AS sana kalau ada orang yang mau kredit rumah, DP-nya tidak sebesar di Indonesia. Kalau di sini DP rumah biasanya sebesar 30% (walaupun rumahnya belum dibangun, alias masih tanah merah), ... dan itupun ada kandungan resikonya juga bagi calon pembeli, yakni DP yang sebesar 30% berpotensi dibawa lari oleh developer, dan pembangunan rumahnya tidak diselesaikan.

Masih mengenai DP, ... di AS sana DP untuk rumah dibagi menjadi 2 tahap, tahap-1 Cuma 5%, dan kalau rumahnya sudah jadi (sekitar 1-2 tahun) maka dia harus membayar DP ke-2 sebesar 25% lagi sekaligus dan sisanya yg 70% barulah dicicil (di singapura kalau tidak salah KPR-nya bisa s/d 30 thn).

Menurut Sid H. Kusuma, yang mendalami pasar mortgage residensial di bidang sekuritisasi, TI, jasa serta konsultan manajemen risiko, mantan Citigroup & Bear Stearns Inc. di AS dan PT Ernst & Young Indonesia, menjelaskan bahwa : Subprime mortgage loan di Amerika diberikan kepada konsumen yang memiliki kelayakan kredit kurang dari cukup.

Salah satu cara mengukur kelayakan kredit konsumen dilakukan dengan cara melihat credit score. Sistem pemberian KPR di Amerika sangat bergantung terhadap credit score yang dikeluarkan oleh perusahaan credit scoring seperti yang mengunakan metode FICO. Sebagai informasi, konsumen dapar memiliki FICO score mulai dari 300 s/d 850 tergantung dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa ceridt score dengan melihat 5 katagori utama seperti dibawah ini:

1. Payment history (35%)
2. Amounts owed (30%)
3. Length of credit history (15%0)
4. New credit (10%)
5. Types of credit used (10%).

Walau berubah secara periodik, pada saat ini rata-rata credit score untuk konsumen di Amerika berkisar 620. Semakin rendah credit score (FICO<620), onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirJQPeOAwlnCMwP9B3U7hIcu16Kxujp8iXr9X9ivSOcL9oP0kKs5kwEBdM2ClKVStAY06zUNRLu1XW6qfEV74b-8DesWDBBicnfta3E7FyZHQmFvNltwRrZJ1KU4lduvX6LayuvFLjFi8w/s1600-h/sub-prime-mortgage-market-exposure.jpg">

Subprime mortgage loan juga bisa terlihat dari beberapa hal:

1. Tingginya rasio Loan-to Value hingga 100%
2. Agunan KPR yang tidak memenuhi fundamental perhitungan value-nya.
3. Ketidak lengkapan dokumentasi KPR (low-doc) atau tidak ada verifikasi terhadap pendapatan (stated income), sumber downpayment & sejarah bekerja.
4. Tingginya Debt-to-Income (DTI) dan Payment to Income (PTI)

Karakteristik diatas secara langsung menaikan risiko terhadap penyalur KPR. Dari satu sisi, meningginya risiko dikompensasikan dengan suku bunga tinggi dan fitur khusus lainnya. Disisi lain, tingginya suku bunga menyebabkan ketidak mampuan konsumen untuk mendapatkan KPR. Dalam hal ini, penyalur KPR membuat produk KPR yang tetap mengkompensasikan tingginya risiko akan tetapi dapat dijangkau oleh konsumen, paling tidak agar dapat dioriginasi.

Produk subprime mortgage loan yang terkenal adalah 2/28 ARMS. Jenis KPR ini cukup berkembang dimana mencakup hampir 75% dari adjustable subprime mortgage loan dioriginasi. Produk ini memiliki fitur dua tahun pertama fix rate yang bersifat Teaser Rate dan akan berubah pada akhir tahun kedua menjadi adjustable rate dan setiap tahun berikutnya. Yang menjadi permasalahan adalah penyalur KPR dalam mengoriginasi KPR mengukur kemampuan membayar konsumen dengan menggunakan Teaser Rate yang rendah. Pada saat suku bunga KPR berubah pada akhir tahun kedua menjadi adjustable rate, pembayaran bulanan konsumen dapat meningkat secara drastis karena marjin untuk konsumen dengan risiko profil tinggi dapat mencapai 300-500 basis poin. Hal ini menyebabkan konsumen yang memang kurang layak kredit mengalami kesusahan membayar cicilan KPR, dan kemudian gagal bayar. Selain itu, terjadi Predatory Lending practice yang dilakukan oleh penyalur KPR nakal.

Segmen konsumen diatas dikibuli dengan bermacam taktik seperti secara sengaja memberikan jumlah pinjaman tinggi dengan suku bunga tinggi kepada kepada konsumen yang jelas tidak mampu membayar. Diharap jika terjadi gagal bayar maka agunan akan eksekusi dan penyalur KPR mendapat keuntungan dari penjualan rumahnya.

Apa yang terjadi dengan Subprime mortgage loan di Amerika?

Pertumbuhan subprime mortgage market di Amerika meningkat dengan cepat yang mencapai 22% dari total originasi KPR dalam jumlah total sisa pinjaman lebih $650 juta pada akhir tahun 2006 (lihat grafik). Beberapa faktor utama meningkatnya pasar. Dari sisi demand, sektor perumahan yang baik selama tahun 2002- 2005, rendahnya suku bunga KPR & apresiasi harga rumah. Dari sisi suplai, dengan yang tinggi demand dan masih terbukanya peluang usaha, penyalur KPR berbodong-bondong masuk ke pasar ini untuk menawarkan jasanya.

Dengan meningkatnya kompetisi, penyalur KPR bersaing untuk mendapat konsumen dengan menawarkan produk KPR yang cukup bervariasi tanpa mengenal secara mendalam karakterisktik risikonya serta me-relaxkan ketentuan originasi KPR. Hal ini mengakibatkan banyak KPR dengan fitur berisiko tinggi yang disetujui untuk konsumen yang tidak layak.

Dengan menurunnya pertumbuhan sektor perumahan semenjak awal 2006 yang ditandai dengan menurunnya peningkatan harga rumah dan meningkatnya suku bunga KPR, banyak konsumen KPR di pasar ini yang mengalami kesulitan membayar angsuran dan kemudian dinyatakan gagal bayar.

Hasil survei yang dikeluarkan oleh Mortgage Banker Association (MBA) mengatakan bahwa delinquency rate untuk subprime mortgage loans untuk Q4-2006 berada di 13,33%. Sebagai perbandingan, deliequency rate untuk prime mortgage loan berkisar 2,57 %. Sementara itu, foreclosure rate adalah 2% dibanding 0,24% untuk subprime & prime mortgage loan per Q4-2006. Dan foreclosure inventory ratea adalah 0,5% dan 5,1% untuk subprime & prime mortgage loan per Q4-2006

Pelajaran untuk Pasar KPR di Indonesia Kredit perumahaan memiliki karakteristik resiko yang beragam dan dapat dimitigasi dengan pola originasi sampai dengan servicing yang baik. Dibeberapa negara termasuk di Amerika, standarisasi dokumen KPR merupakan salah satu upaya agar terciptanya standarisasi & menurunkan resiko. Manfaat dari standarisasi ini terbukti dengan perbedaan dari delinquency & foreclosure rate antara conforming (prime) mortgage loan dan subprime.

Di Indonesia, standarisasi dokumen KPR telah dibuat untuk dapat digunakan oleh penyalur KPR. Standarisasi dokumen KPR yang mencakup 5 topik yaitu Originasi, Underwriting, Quality Control, Servicing & MIS. Beberapa contoh hal utama didalam standarisasi seperti cara menghitung LTV yang benar dan batas terbesarnya, jenis dokumentasi yang wajib ada dan verikasi proses yang harus dilakukan sebelum KPR dapat disetujui, PTI & DTI. Proses underwriting dimana wawancara dengan konsumen untuk mendapatkan feeling mengenai dikonsumen adalah penting. Selain itu, memberikan edukasi kepada calon konsumen agar dapat mengetahui proses KPR serta hak & kewajibannya sangat diperlukan. Konsumen yang teredukasi dapat membantu agar tidak terkibuli oleh skema penyaluran KPR yang tidak sehat dan merugikan konsumen. (qom/qom-detiknews)".

Tanpa terasa waktu sudah menjelang sahur, .. ditandai dengan mulai berdatangannya pelanggan-pelanggan KRCyberzone untuk bersantap sahur, dan ana pun mulai bersiap-siap kembali melayani para pelanggan, tidak lupa sebelum berpisah ana membekali Abu Nawas dengan masakan kesukaannya, yaitu Nasi Goreng Gila yang daging kambing agak dibanyakin sedikit.

InsyaAllah, obrolan tentang Krisis Ekonomi Global yang belakangan ini kembali ramai dibicarakan karena dikait-kaitkan dengan kasus suntikan dana LPS di bank Century, akan dilanjutkan kembali esok hari, sambil sekalian nemenin saya begadang sampai sahur di Kantin Rasamala Cyberzone.

Semoga obrolan di bulan ramadhan ini ada manfaatnya buat sekedar nambah-nambah pengetahuan bagi yang belum tahu, dan bagi yang sudah tahu atau yang lebih tahu, saya harapkan koreksinya dan mau berbagi ilmunya di bulan Ramadhan yang penuh berkah dan maghfiroh ini.(HUH-11/09/09)

Bersambung .........


Salam,

H. Umar Hapsoro Ishak - Shohib imajiner Abu Nawas.

Sekilas tentang Abu Nawas ;

Abu Nawas orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang Badui Padang Pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab. Ia juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. Ia sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.

Obrolan Abu Nawas - Soal Krisis Ekonomi Global (2)

Malam ini, kembali Abu Nawas muncul untuk melanjutkan obrolan kita kemarin yang terhenti soal Krisis Ekonomi Global. Seakan sudah tahu apa yang akan saya tanyakan malam ini, ia langsung membuka obrolan, "hehehe, ... anta pasti mau nagih penjelasan ana soal 'Bank investasi raksasa Lehman Brothers AMBRUK ! diikuti lembaga keuangan lainnya terkapar kena imbasnya, ribuan investor di AS stress karena fulusnya raib, berikut fulusnya para pensiunan yang diinvestasikan menguap, ditambah puluhan ribu karyawan jadi pengangguran di AS, ditambah ada kurang lebih 2.5 juta orang Amerika rumahnya disita karena tidak mampu membayar cicilan, .. itu kenapa?', ... tenang Ji ana belum pikun koq". Saya pun tersenyum, seraya menyodorkan rokok kegemarannya (merknya rahasia, kecuali mau jadi sponsor ...hehehe). Tanpa berlama-lama lagi, ia pun memulai obrolan kita.

"Seperti yang ana jelasin kemarin, bahwa ... Ekonomi AS jatuh disebabkan oleh masalah 'mortgages', ... tapi sebenanya bukan itu masalah utamanya. Masalah mortgage itu kira-kira seperti orang bisulan yang nunggu pecahnya saja, terus bisulnya kepencet. ... Masalah sesungguhnya adalah, ... ,"kapitalis yang kebablasan (liberalisme habis-habisan)" krisis surat berharga perumahan Amerika Serikat (the U.S. subprime mortgage crisis) yang terjadi sejak Juli 2007 dan telah mengimbas ke seluruh pelosok dunia. Malahan menurut Alan Greenspan, mantan kepala Bank Sentral AS, menyebut krisis keuangan dunia saat ini sebagai kejadian yang terjadi sekali dalam 100 tahun. Bangkrutnya Lehman brothers tercatat sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah korporasi AS. si Alan juga bilang, .. 'Fasten your seat belt, we’re facing the global financial crisis!'.

Nah sekarang kita ngobrolnya yang gampang-gampang aja deh, ... Secara sederhana, sistem perusahaan keuangan yang dikenal sebagai Bank di AS hanya ada 2 yaitu Commercial Bank (Bank Umum seperti Citibank, Bank Chase Manhattan Bank, dsb) dan yang satu lagi adalah Investment Bank (Meryll Lynch, Lehaman Brothers dsb).

'Krisis subprime mortagage' di Amrik terjadi akibat dari kegiatan Investment Bank (bukan Commercial Bank). Bank-bank dengan kategori Commercial Bank kena imbasnya karena kebijakan sebagai bank umum di beberapa negara terlampau longgar.

Bank Indonesia di negara kita sangat melarang Commercial Bank untuk beli saham, beli komoditi tertentu (kelapa sawit dsb). Commercial Bank di luar negeri khususnya di Amrik dapat beli saham atau surat berharga (commercial paper, certificate of deposit, notes dsb) atau beberapa produk keuangan yang diciptakan oleh Investment Bank (derivative product seperti Currency Swap, Option, Forward Rate Agreement, dsb).

Produk Investment Bank itu sangat dikenal sebagai produk yang dijuluki, "Zero Sum Game" (you will loose or you will gain). Maksudnya adalah satu pihak yang akan rugi dan ada satu pihak yang akan untung karena transaksi itu. Transaksi Investment Bank itu tidak ada jaminan atau kolateral.

Kalau kita pinjam kredit uang untuk usaha di Commercial Bank seperti di Chase Manhattan Bank, Citibank dan sebagainya pasti akan dimintai jaminan, apakah bentuknya itu Rumah, Deposito, Tanah atau Pabrik. Nah kalo kredit kita macet, jaminan nya diambil/disita khan?.

Investment Bank begitu transaksi nya rugi tidak ada jaminan yang bisa diambil, karenanya, .. kerugiannya ditanggung oleh perusahaan itu sendiri, makanya Meryll Lynch, Lehman Brothers rugi besar karena modal perusahaan dipakai untuk menanggung kerugian transaksinya. Kalo modalnya abis-abisan, yang mau disita paling-paling kolor si bosnya.

Itu khan mulainya kira-kira begini: Pada 1990-an bank-bank di Eropa umumnya kelebihan dana. Artinya, terlalu banyak uang deposito milik masyarakat yang ditaruh di bank-bank Eropa. Orang Eropa memang lebih konservatif. Tidak terlalu senang spekulasi bermain saham. Ini berarti bank harus membayar bunga deposito kepada masyarakat terlalu banyak. Maka, bank-bank Eropa mencari akal sekuat tenaga untuk memutar uang tersebut agar bisa menghasilkan bunga lebih besar.

Orang Amrik salah satunya yang namanya Joseph J. Cassano, melihat persoalan bank-bank Eropa ini adalah peluang buat dapetin fulus gampang, dan Cassano juga tahu lembaga-lembaga keuangan di AS lagi kesulitan fulus karena banyaknya kredit perumahan yang macet (subprime mortgage). kalau yang ana baca dari catatannya Dahlan Iskan (CEO Jawa Pos), .. Nama Cassano amat top di Eropa dalam pengertian yang negatif. Cassano memang orang New York, tapi berkantor di London, Inggris. Hebatnya, kantor pusatnya di New York sangat bergantung padanya. Bahkan, ada yang menggambarkan, kantor pusat AIG (American International Group), perusahaan asuransi terbesar di dunia di New York itu sudah bertekuk lutut pada anak perusahaannya atau unit usahanya di London yang di bawah komando Cassano ini. Malahan ada yang bilang si Cassano inilah yang membuat AIG runtuh dan memaksa pemerintah Amerika Serikat mengambil alih 85 persen saham AIG dengan cara menyuntikkan dana ke AIG USD 85 miliar, hampir sama dengan nilai seluruh APBN kita. Lucu khan? ... negara yang mengagung-agungkan pasar bebas akhirnya ikut nyuntik fulus (intervensi) ke pasar, .. jadi orang-orang politik di negeri ini yang menebar isu anti neolib, ... sebenarnya jadi lebih lucu lagi kita dengernya (mereka denger berita atau baca koran ng'ga ya?.pen).

Kita lanjut Ji, .... Bank-bank Eropa melihat situasi di AS itu seperti menghadapi madu dan racun. Apalagi, jaringan Cassano sangat agresif menggoda mereka. Di satu pihak bank-bank Eropa sangat ingin menyalurkan kelebihan dananya ke sana karena iming-iming suku bunga yang sangat menggiurkan. Di lain pihak bank-bank Eropa itu takut lantaran agunan yang diterima adalah rumah-rumah yang berasal dari sitaan kredit macet. Padahal, harga rumah-rumah itu sudah jauh lebih rendah daripada nilai kredit yang macet.

Yang paling ditakutkan bank-bank Eropa adalah: jangan sampai melanggar aturan bank internasional yang disebut Basel II, terutama menyangkut kecukupan modal. Dalam aturan itu disebutkan bahwa setiap memberikan kredit, bank harus meningkatkan modal yang disimpan di penjaminan. Semakin kurang berkualitas kredit itu semakin tinggi nilai modal penjaminannya. Bank-bank di Eropa tahu kalau sampai mereka memberikan kredit yang dikaitkan dengan subprime mortgage, konsekuensi permodalannya sangat berat.

Di saat seperti itulah Cassano datang dengan resep yang dianggap bisa membersihkan racun dari madu. Bank-bank Eropa bisa menikmati bunga tinggi yang ditawarkan Cassano tanpa harus meneguk racunnya. Yakni, menggunakan resep bikinan Cassano yang disebut credit default swaps (CDS) tadi. Bank-bank Eropa bisa meminjamkan uang kepada lembaga-lembaga keuangan besar di AS seperti Lehman Brothers, Goldman Sachs, dan seterusnya dengan swaps atau jaminan atau perlindungan dari AIG.

Dengan resep dari Cassano ini, bank-bank Eropa bisa berkelit dari kewajiban penyetor modal penjaminan tambahan seperti yang diatur dalam Basel II. Untuk itu bank-bank Eropa memang harus membayar fee yang besar kepada AIG. Sebagai bandingan, kalau untuk fasilitas credit equity swaps (CES) fee-nya maksimum hanya 100 basis poin, untuk CDS ini AIG minta fee sampai 500 basis poin. Meski harus membayar fee kepada AIG yang sangat besar, bank-bank Eropa merasa aman.

Lehman Brothers bangkrut antara lain, karena 60 miliar dollar AS dana dari investor, yang dipercayakan kepada Lehman, dialokasikan ke sektor perumahan AS. Investasi ke sektor perumahan itu terjebak kemacetan. Lehman dimintai tanggung jawab oleh para investor. Kegagalan memenuhi kewajiban itu membuat klien Lehman Brothers melepas surat-surat berharga yang diterbitkan Lehman yang menyebabkan arus kas mengering. Lehman mengajukan permohonan kebangkrutan pada 15 September untuk menghindari gugatan kreditor. Dengan permohonan itu, Lehman lepas dari tanggung jawab hukum dan dilikuidasi. Aset yang tersisa akan dipakai membayari utang-utang yang tidak memadai. (kompas, 08/10/08)

Itulah gara-gara resepnya Cassano yang disebut credit default swaps (CDS) tadi - “perlindungan terhadap kredit gagal bayar”. Dan Eropa korban terparah, karena bank-banknya minjemin fulusnya ke lembaga-lembaga keuangan besar di AS, antara lain ke Lehman Brothers, Goldman Sachs, dan seterusnya dengan swaps atau jaminan atau perlindungan dari perusahaan2 dengan rating AAA, seperti AIG, yang jaminannya adalah kredit-kredit gagal bayar tadi seperti yang berasal dari 'subprime mortgage', yang sebenarnya mereka juga udah tau, bahwa resiko subprime mortage lebih tinggi, karenanya bunga yang dikenakan kepada peminjam juga lebih tinggi. Sekarang anta bayangin aja, ... ada orang yang lebih susah bayar utang, tapi harus membayar bunga yang lebih tinggi. Nah tuh khan, ... surat utang rumah dari pengutang yang sebenarnya ng'ga layak dapat kredit di jadikan anggunan, itulah ekonomi kapitalis, ... yang penting dapet fulus, mau riba atau bukan eng'ga soal.

Ini yang ana maksud, bahwa harta hanya berputar di kalangan tertentu dalam bentuk Derivatif dan The Bubble Economy . Derivativasi dalam bentuk modern - seperti obligasi kolateral dari hutang (collateralised debt obligations), obligasi hutang pembelian rumah (mortgage debt obligations), penukaran kredit jatuh tempo (credit default swaps) - semuanya merupakan sumber terjadinya kegagalan kredit. Filsafat pemikiran yang mendasari pertumbuhan derivativasi adalah asumsi teoritis bahwa resiko bisa dipindahkan ke lembaga lain yang mampu mengatasinya. Pada prakteknya, Warren Buffet menunjukkan beberapa tahun yang lalu bahwa derivativasi tidak lain adalah bentuk senjata keuangan penghancur massal. Semua lembaga yang akhirnya bangkrut termakan oleh asumsi tersebut dimana mereka berharap mengambil keuntungan dengan mentransfer resiko ke lembaga lainnya. Namun fakta yang terjadi adalah mereka justru menumpuk sebatas kertas-kertas tidak bernilai yang memicu timbulnya kerugian yang sangat besar. Ini semua membuka kedok Kapitalisme yang kebabablasan, yang mempropagandakan praktik-praktik keuangan semacam ini.

Hukum subprime mortgage dalam perpektif ekonomi syariah adalah haram. Ada beberapa pelanggaran syariah dalam masalah subprime mortgage ini, antara lain :

Pertama, Utang piutang dengan sistem ribawi. Ini jelas keharamannya berdasakan Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2:275-279).

Kedua, Barang jaminan uang piutang dengan barang yang ditransaksikan."

Dengan termangu-mangu saya menyimak penjelasan Abu Nawas bak pengamat yang sering nongol di tipi, ... " wah anta bisa di tanggap di tipi nih kalau kedengeran orang tipi", seloroh saya kepada Abu Nawas.

"hehehe, .. bisa aja anta Ji, .... mana mau tipi nanggap ana yang title ng'ga serenceng, atau ada embel-embelnya fulitisi", sela Abu Nawas menganggapi banyolan saya.

"Tapi dari tadi anta ngomongin mortgage atau subprime mortgage, ... itu makanan apa sih?", saya pun kembali mengajukan pertanyaan kepada Abu Nawas.

"Tuh khan .... lagi-lagi anta nanyanya yang memerlukan jawaban panjang, ... besok lagi aja deh, ana udah ngantuk nih", Jawab Abu Nawas.

Lagi-lagi obroran santai dengan shohib imajiner saya kembali terputus, dan InsyaAllah akan dilanjutkan kembali esok hari, sambil sekalian nemenin saya begadang sampai sahur di Kantin Rasamala Cyberzone.

Semoga obrolan di bulan ramadhan ini ada manfaatnya buat sekedar nambah-nambah pengetahuan bagi yang belum tahu, dan bagi yang sudah tahu atau yang lebih tahu, saya harapkan koreksinya dan mau berbagi ilmunya di bulan Ramadhan yang penuh berkah dan maghfiroh ini.(HUH-03/09/09)

Bersambung .........


Salam,

H. Umar Hapsoro Ishak - Shohib imajinernya Abu Nawas.
Sekilas tentang Abu Nawas ;

Abu Nawas orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang Badui Padang Pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab. Ia juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. Ia sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.

Obrolan Abu Nawas - Soal Krisis Ekonomi Global (1)

"Hei Ji, .. anta buka sampe saur?", ... seru shohib imajiner ana Abu Nawas ketika kebetulan lewat di depan Kantin Rasamala Cyberzone (KRC) sore-sore ba'da ashar. Sambil beres-beres ana menjawab singkat, "anta mau nemenin ana begadang?". Dengan gayanya yang khas, si Abu Nawas menjawab, "hehehe... di jawab belon, udah nanya balik, ... sejak kapan tukang nasi ketularan penyakit orang gedean?". Tuh khan, ... dia balik bertanya lagi, ... kita jangan terkecoh sama si Abu Nawas ini, dibalik penampilannya yang nampak lugu dan bersahaja, sesungguhnya dia amat peka dengan apa yang terjadi disekelilingnya. "hahaha ... belajar dikit-dikit lah", sahut saya seraya menghampirinya untuk berjabatan tangan dengan berpelukan seperti kebiasaan kami lakukan bila bertemu.

Setelah saling menanyakan keadaan, sayapun melanjutkan tegur-sapa tadi, ... "ana semalam dengerin diskusi bos-bos yang ngobrol disini (KRC) soal krisis ekonomi global, yang katanya gara-garanya orang-orang Amrik, dan yang jadi korban kebanyakan orang-orang Eropa, ... koq bisa ya. Padahal khan mereka shohib?", saya mulai membuka obrolan dengan si Abu Nawas. "Wah, .... itu sih ceritanya panjang, ... eng'ga bisa kalau kita ngebahasnya sepotong-sepotong. Nanti malam aja deh, .. setelah urusan kita beres semua, baru enak kita ngobrolnya", sela Abu Nawas. Kamipun berpisah, dan janjian malam nanti setelah taraweh dan urusan dirumahnya beres, si Abu Nawas mau datang ke KRC.

Lewat tengah malam Abu Nawas pun muncul di KRC, dan ia langsung duduk ditempat biasa yang sering ia duduki dengan bersandar sambil menjulurkan kakinya dengan santai. Dihadapannya sudah tersedia secangkir kopi dan teh manis ditemani dengan panganan kecil, .. tentu saja tidak lupa rokok kegemarannya juga telah tersedia. Setelah bersenda-gurau sebentar, Abu Nawas mulai membuka pertanyaanya, "Anta tadi sore nanya kenapa ada krisis ekonomi global ya ?", ... "iya benar" sahut saya.

"karena anta nyinggung soal ekonomi global, ada baiknya kita mulai dulu dari yang namanya sistem ekonomi yang dianut disana (western), ... kebeneran ana ngumpulin berita-berita dari beberapa sumber, ... tadinya maksud ana ngumpulin berita-berita ini buat asal tau saja, .. tapi koq lama-lama ana perhatikan imbas krisisnya ini kemana-mana", Abu Nawas mulai membuka obrolannya. "Trus kenapa Eropa uring-uringan sama Amrik soal ini?, gitu khan maksud anta nanya ke ana tadi sore?", lanjut Abu Nawas. "iya ... benar", sahut saya.

"Nah kita mulai nengok ke Sistem ekonomi 'Kapitalis' yang dianut oleh dihampir semua negara Barat dulu aja ya, kebetulan ana bawa catetannya nih, ... katanya, sistem ekonomi ini disusun berdasarkan pandangan hidup sekuler (seperation of church and state), yg melahirkan faham 'liberal', .. dimana manusia berhak hidup bebas tanpa perlu tunduk oleh ketentuan agama, maupun aspek politik, sosial, ekonomi, dll. Jadi, ... kebebasan dalam konteks ekonomi ini bertumpu kepada dijaminnya kebebasan dalam kepemilikan individu, sbb;
* Capitalism is an economic system in which wealth, and the means of producing wealth, are privately owned and controlled rather than state owned and controlled (Arleen J. Hoag, John H. Hoag. Introductory Economics. World Scientific, 2006. pp 43-44).

Menurut Kapitalisme, ... "kebebasan dalam kepemilikan individu adalah sebuah keniscayaan". Memang Kapitalisme mengakui kepemilikan umum yang biasanya identik dengan kepemililikan negara, namun itu minim sekali. Oleh karenanya, privatisasi dan cabut subsidi-seperti yang dirasakan di Indonesia sekarang ini, itu kayaknya sudah jadi kiblatnya ekonomi yang wajib di-ikuti.

Sebagai sebuah ideologi (Arab : mabda’), kapitalisme mempunyai aqidah (ide dasar) dan ide-ide cabang yang dibangun di atas aqidah tersebut. Aqidah di sini dipahami sebagai pemikiran menyeluruh (fikrah kulliyah) tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan, serta tentang apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta hubungan kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia.

Aqidah kapitalisme adalah pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme), sebuah ide yang muncul di Eropa sebagai jalan tengah antara dua ide ekstrem, yaitu keharusan dominasi agama (Katolik) dalam segala aspek kehidupan, dan penolakan total eksistensi agama (Katolik). Akhirnya, agama tetap diakui eksistensinya, hanya saja perannya dibatasi pada aspek ritual, tidak mengatur urusan kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya.

Berbeda dengan Kapitalisme, Komunisme melihat 'kepemilikan individu' justru menjadi awal dari bencana. Mengapa? Karena pandangan hidup mereka, 'dialektika materialisme', meyakini bahwa kepemilikan individu adalah sebuah bentuk eksploitasi kaum borjuis atas buruh, yang harus direbut (seperti yang terjadi pada revolusi Bolsheviks, Rusia 1917) lalu dihilangkan ... sehingga akhirnya tercipta masyarakat komunis. Seperti yang dinyatakan sendiri oleh Karl Marx dalam Communist Manifesto:

* In this sense, the theory of the Communists may be summed up in the single sentence: Abolition of private property (Communist Manifesto, Chapter 2).

Mana bisa anta se-enaknya punya ini itu, mau berhaji kapan maunya, atau umroh berkali-kali semaunya, ... semua diatur oleh negara ji". Sementara ia sedang menghirup kopinya, sayapun mulai menyela kuliahnya (pura-puranya), "Tapi ana denger-denger, ... banyak petinggi-petinggi partainya yang kehidupannya mewah", Abu Nawas buru-buru memotong, "ya ..namanya juga aturannya bikinan manusia Ji, ... dibikin khan buat ngenakin yang bikin peraturan".

Setelah menyalakan rokoknya, Abu Nawas melanjutkan celotehannya, "Kalau kita mau renungi sejenak soal hajat hidup orang, bahwa pengakuan terhadap kepemilikan individu akan berdampak pada berputarnya roda perekonomian dan terdistribusikannya pendapatan. Dengan asumsi ini, sangat sulit kita menerima konsep penghapusan kepemilikan individu ala Komunisme, ... coba anta pikir, ... ada orang yang mau kerja keras tapi tidak boleh memiliki lebih dari yang dibutuhkan? Bagaimana pun juga ini adalah ekonomi, dan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari konsep insentif. Namun tidak adanya pembatasan terhadap kepemilikan individu juga ada bahayanya, ... bisa-bisa bikin kaya orang yang udah kaya dan mempermiskin si miskin. Jadi yang kita perlukan dan butuhkan sebenarnya adalah regulasi properti, mana yg boleh dimiliki individu mana yang tidak boleh. Kalau di aqidah kita, ... kita khan kenal yang namanya milkiyyah ‘ammah (kepentingan umum).

Adalah ketentuan Allah SWT terhadap hal-hal yang wajib dimiliki secara bersama-sama dan tidak boleh dimiliki secara perseorangan. Konsep kepemilikan umum ini berdasarkan Hadist Rasulullah Saw. yang menjelaskan :

"Manusia berserikat (bersama-sama memiliki) dalam tiga hal: air, padang rumput (termasuk hutan) dan api (everything which flamable)". (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Maka Sumber Daya Alam (SDA) berupa kekayaan alam yang ada di dalam perut bumi (gas alam, minyak, bahan tambang), kekayaan laut, dan hutan. Termasuk juga berbagai fasilitas umum seperi jalan, tempat ibadah serta sarana publik lainnya. Maka Negara (Khilafah) tidak boleh menjadikan hal-hal tersebut sebagai komoditas, dan menyerahkannya kepada individu atau swasta. Hal ini sangat berbeda dengan Kapitalisme yang tidak mengenal konsep seperti ini, karena basis sistem ekonomi mereka adalah kepemilikan individu (private individuals and corporate firms). Semuanya boleh dimiliki secara privat dan dijadikan komoditas bisnis, apakah itu minyak bumi (dikelola Exxon, Shell, Caltex), bahan tambang (Freeport, Newmount), hutan (perusahaan HPH), ataupun jalan tol (perusahaan pengelola jalan tol), dan sebagainya.

Islam tidak membatasi banyaknya harta (kamiyah), Islam hanya membatasi cara-cara kita memperoleh harta tersebut (kaifiyah). Bandingkan dengan Kapitalisme yang hapir dapat dikatakan, eng'ga ada batasan gimana cara memperolehnya, mau bikin rumah judi (Las Vegas, Macao dsb), pabrik whiskey (Johnny Walker dsb), sampai-sampai ngeruk hasil bumi maupun kekayaan alam negara lain (penjajahan) dikerjain, ... dengan kata lain baik tata cara ataupun banyaknya harta yang bisa diperoleh. Berbeda lagi dgn Komunisme yang membatasi jumlah harta yang bisa dimiliki oleh individu, sebatas apa yang menjadi kebutuhannya (from each according to his ability, to each according to his needs).

Jadi, .. anta banyak fulus khan eng'ga dilarang dalam Islam, tapi cara anta mendapatkan fulusnya itu gimana? ... Ada rambu-rambu yang kita harus patuhi sesuai dengan aturan syariat kita (tidak asal dapat fulus saja). Misalnya, orang Islam buka usaha tempat maksiat (warung remang-remang jualan minuman keras dilengkapi dengan cewek-cewek seksi yang melayaninya), atau dagang narkoba yang walaupun bisnis itu bisa bikin kita cepet kaya/banyak fulusnya, tapi .. DILARANG DALAM ISLAM !, termasuk KORUPSI (nyolong duit rakyat). Sekarang udah mulai kelihatan khan benang merahnya? ...".

Abu Nawas kembali menghirup kopinya dan menghisap rokoknya dalam-dalam, saya pun ikut menyalakan rokok juga. "Nah kita balik sebentar ke negeri sono buat dapetin gambaran, kenapa orang Eropa uring-uringan", lanjut Abu Nawas, ... "seperti yang kita baca di buku-buku pelajaran anak-anak SMU, bahwa sistem politik di Eropa barat belakangan ini condong ke-sosialis demokrat, ... maksud ana adalah "sistem ekonomi kapitalis, dan sistem sosial ekonomi economic welfare". sisi negatif kapitalis di eropa barat sudah dibendung sejak beberapa tahun yang lalu dengan pembangunan sistem ekonomi mandiri yang sarat dengan tingkat jaminan sosial (economic welfare), hal ini yang membuat daya tahan dan daya beli serta daya kelola masayarakat miskin jauh lebih kuat dari kapitalis manapun. Orang Eropa memang lebih konservatif.

Kalau menurut berita-berita yang tersebar di berbagai media, .. Ekonomi AS jatuh disebabkan oleh masalah 'mortgages', ... tapi sebenanya bukan itu masalah utamanya. Masalah mortgage itu kira-kira seperti orang bisulan yang nunggu pecahnya saja, terus bisulnya kepencet. ... Masalah sesungguhnya adalah, ... "kapitalis yang kebablasan (liberalisme habis-habisan)", yang kemudian disadarinya, bahwa sistem itu tidak selalu memenangkan daya tawar ekonomi mereka. Dibanding sebelum liberalisme di gembar-gemborkan di tahun 90-an, ... sesungguhnya AS jauh lebih baik keadaannya dari sekarang. Hal ini disadari oleh pemerintah Amrik belakangan, dan mereka mulai melakukan kontrol pasar seperrti jaman Reagan.

Bahwa kapitalisme dan liberalisme ternyata juga harus bergantung pada peran pemerintah untuk mendorong dan menjaga, juga melindungi pengusahanya. inilah yang baru disadari para pemikir kapitalis. .... Dilepas ke mekanisme pasar sepenuhnya jutru akan melahirkan pemangsa-pemangsa dan mangsa-mangsa alami, .. maksud ana, ... siapa yang kuat, cerdik bangrangkali ditambah licik, dia akan melahirkan monopolist-monopolist baru! Dan siapa yang paling mudah menjadi monopolist baru atau kapitalis kuat......dia adalah pengusaha yang dilindungi negaranya sebagai pertahanan garda terdepan. inilah sesungguhnya musuh dari kapitalisme murni, ... yakni kapitalis yang terproteksi."

"Ngomong-ngomong, ... mortgage itu apa sih ?", tanya saya kepada Abu Nawas. "oh itu, ... kalau yang ana baca di koran Jawa Pos (catatannya Dahlan Iskan), ... Kata “mortgage” berasal dari istilah hukum dalam bahasa Prancis. Artinya: matinya sebuah ikrar. Itu agak berbeda dari kredit rumah. Dalam mortgage, anta mendapat kredit. trus, anta memiliki rumah. Rumah itu anta serahkan kepada pihak yang memberi kredit. Anta boleh menempatinya selama cicilan Anta belum lunas. Karena rumah itu bukan milik anta, ... dan begitu pembayaran mortgage macet, rumah itu otomatis tidak bisa anta tempati. Sejak awal ada ikrar bahwa itu bukan rumah anta. Maka, ketika anta tidak membayar cicilan, ikrar itu dianggap mati. Dengan demikian, anta harus langsung pergi dari rumah tersebut. Jadi dengan kata lain, ... "matinya sebuah ikrar", lebih cocok dipakai daripada perjanjian/kontrak kredit, karena artinya memberikan perintah kepada trustee (pihak yang netral bukan bagian dari pihak lender maupun borrower). Apabila borrower (trustor) gagal dalam membayar kreditnya, maka Lender (beneficiary) akan meminta trustee untuk menyita property tersebut, dan trustee akan melakukan perintah dari Lender sesuai dengan prosedur yg tercantum dalam mortgage tersebut (serupa tapi tak sama dengan KPR.pen).

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam 03.10, dan tamu-tamu KRC sudah mulai berdatangan untuk makan sahur, ... ada yang makan di KR dan ada yang di bungkus untuk disantap bersama keluarga dirumah, ... dan mau tidak mau obrolan kita jadi terhenti. Sebelum Abu Nawas pulang, saya sempat menyiapkan masakan kesukaannya, yaitu Nasi Goreng Gila untuk dibawa pulang. Sambil menunggu selesai masakannya, saya sempat melontarkan lagi sebuah pertanyaan, ... "Beberapa waktu yang lalu ana sempat baca di koran, ... Bank investasi raksasa Lehman Brothers yang sudah berusia 158 thn AMBRUK ! (tgl. 15/09/08 dinyatakan bangkrut). Dan lembaga keuangan lainnya ikut-ikutan terkapar kena imbasnya, ribuan investor di AS stress karena fulusnya raib, berikut fulusnya para pensiunan yang diinvestasikan menguap, katanya ada sekitar dua triliun dollar, ditambah puluhan ribu karyawan kehilangan pekerjaan melengkapi tingginya tingkat pengangguran di AS, ditambah ada kurang lebih 2.5 juta orang Amerika rumahnya disita karena tidak mampu membayar cicilan. Itu artinya apa?".

"Anta nanyanya yang jawabannya ng'ga bisa sepotong-sepotong sih, ... kalau ana jawab sepotong, ... pasti anta tambah lagi pertanyaan susulan, seperti orang antri minyak tanah. ... Besok lagi aja deh, ... InsyaAllah ana datang lagi kesini ... "

Akhirnya, ... kita sepakat untuk melanjutkan obrolan imajiner saya dengan Abu Nawas esok hari, sambil sekalian nemenin saya begadang sampai sahur di Kantin Rasamala Cyberzone.

Semoga obrolan di bulan ramadhan ini ada manfaatnya buat sekedar nambah-nambah pengetahuan bagi yang belum tahu, dan bagi yang sudah tahu atau yang lebih tahu, saya harapkan koreksinya dan mau berbagi ilmunya di bulan Ramadhan yang penuh berkah dan maghfiroh ini.(HUH-31/09/09)

Bersambung .........


Salam,

H. Umar Hapsoro Ishak - Shohib imajinernya Abu Nawas.
Sekilas tentang Abu Nawas

Menurut cerita, Abu Nawas orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang Badui Padang Pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab. Ia juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. Ia sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.
Tags: krisis global

Mengendalikan Nafsu (Syahwat) ?

Assalamualaikum wr. wb,

Kali ini, … saya coba mengumpulkan artikel-artikel yang sedang nge-trend akhir-akhir ini, sekedar buat mengendurkan ketegangan syaraf kita akibat dipenuhi dengan berita-berita hangat tentang isue Pemilu yang tidak jur-dil, DPT yang dimanipulasi, Caleg-caleg yang stress, sampai kisah koalisi partai untuk mengajukan Capres dan Cawapres yang penuh dengan tarik-menarik kepentingan individu/golongan.

Sekedar ulasan saya.

Sekitar dua abad yang lalu Karl Marx (1818-1883) menyatakan bahwasanya yang menentukan perang dan damai di antara manusia di dunia ini adalah perebutan mencari makan alias persoalan mengisi perut.

Segala permasalahan di dunia ini, berpusat kepada perut. Semua orang ingin kenyang, dan tak mau lapar, lalu berebut makanan. Maka terjadilah pertentangan, pertikaian yang tidak dapat dielakkan.

Dan satu setengah abad yang lalu datang pula seorang lagi yang bernama Sigmund Freud (1844-1900), menyatakan bahwa bukan urusan perut yang menjadi sebab timbulnya pertentangan dan perebutan di dalam dunia, melainkan faraj (alat kemaluan) lah yang menjadi penyebab, yaitu pemenuhan hasrat seksual yang tak terkendali.

Keduanya Karl Marx dan Sigmund Freud adalah para peneliti dalam masalah-masalah sosial. Mereka mengerahkan perhatian mereka untuk mencari sebab kericuhan ekonomi dan sosial di benua Eropa, dan mereka telah menyampaikan kesimpulan seperti di atas.

Tetapi nun jauh sebelum Marx dan Freud mengeluarkan fahamnya -750 tahun silam- Ulama Islam legendaris yaitu imam Al-Ghazali telah menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang sangat menentukan keberlangsungan hidup manusia yaitu syahwat perut dan syahwat faraj (kemaluan).

Pandangan imam Ghazali di atas justru berlawanan dengan kedua ilmuwan Barat tadi, kalau menurut mereka, syahwat perut dan faraj adalah penyebab timbulnya kericuhan di dunia ini, karena landasan mereka yang sangat materialistis.

Sebaliknya, imam Ghazali memandang kedua syahwat tersebut adalah potensi yang dimiliki manusia untuk mempertahankan keberlangsungan hidup mereka, karena syahwat-syahwat tersebut merupakan anugerah Allah SWT kepada manusia, bahkan semua makhluk.

Apa jadinya jika manusia tidak mempunyai syahwat perut, sementara syahwat perutlah yang mendorong manusia agar tetap hidup dan tumbuh. Dan bagaimana pula jika manusia tidak mempunyai syahwat faraj, tidak ada hasrat untuk menikah dan kawin, sementara syahwat farajlah yang mendorong manusia untuk memiliki keturunan sehingga terjadi regenerasi?

Namun harus diingat, potensi yang ada jika tidak di kelola dengan baik maka keburukanlah yang di dapat. Di sini peran akal harus bermain. Akal yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain harus mampu menimbang, mengukur dan menakar baik dan buruk. Kalau peran akal sudah tidak bermain maka benarlah apa yang disimpulkan oleh si Marx dan Freud. Manusia tak lebih baik, atau sama dengan binatang, bahkan bisa jadi lebih parah dari binatang. Saling memakan dan bebas menggauli betina mana saja.

Tapi apakah dengan adanya akal sudah cukup? Apa yang menjadi tolok ukur bagi akal dalam menimbang baik dan buruk? Maka dari itu diutuslah Nabi dan Rasul untuk menyampaikan pengajaran dari Allah SWT. Karena Allah yang menciptakan manusia maka Dia pulalah yang paling tahu apa yang terbaik untuk manusia. Disampaikanlah kepada manusia lewat perantara Rasul pilihan-Nya, bagaimana cara memenuhi syahwat perut yang benar, mana yang halal dan mana yang haram. Demikian pula diajarkan bagaimana cara memenuhi syahwat faraj, mana yang boleh dinikahi, mana yang tidak, dan seterusnya.

Akal yang diisi muatan agama inilah, yang sejatinya mampu untuk mengelola potensi-potensi tersebut menjadi kekuatan. Akal yang sehat yang berisi ajaran agama tidak akan tega menyikut, menindas, melukai atau bahkan membunuh saudaranya hanya karena ingin memenuhi syahwat perut. Melainkan dia akan berpikir bagaimana agar orang lain juga bisa memenuhi syahwat perutnya dengan baik dan halal. Tidak sekali pun terpikir olehnya untuk menggauli istri orang lain, anak orang lain atau bahkan saudara kandung dan anaknya sendiri hanya karena ingin memenuhi syahwat farajnya. Melainkan dia akan berpikir bagaimana kejahatan yang diakibatkan syahwat faraj yang diumbar bisa dihapuskan.

Di sini kiranya salah satu fungsi dan hikmah ibadah puasa yang disyari’atkan oleh Allah S WT atas manusia. Puasa, adalah dimaksudkan untuk menahan diri, mengajari manusia untuk mengendalikan syahwat perut dan syahwat faraj sebagai potensi yang ada dalam dirinya. Meski makanan terhidang dihadapannya, makanan itu halal dan sehat, tetapi selama azan maghrib belum berkumandang ia tidak boleh menyantapnya. lstrinya yang dinikahinya secara sah, sesuai dengan tuntunan agama, tidak boleh ia gauli ketika ia sedang berpuasa. Dia harus mampu mengendalikan kedua potensinya itu. Selama satu bulan penuh manusia berlatih mengendalikan syahwat-syahwatnya itu tak lain agar ia menjadi makhluk Allah yang mulia. Seperti cerita Superman (manusia super) yang mampu mengendalikan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga ia menjadi kekuatan yang dapat membantu orang yang lemah.(Buletin Mimbar Jum’at No. 37 Th. XXII - 12 September 2008)

Mengendalikan syahwat

Dalam agama Budha dikenal adanya ajaran bagaimana mengendalikan syahwat dengan konsep samsara. Rumusannya adalah sebagai berikut: (Hidup adalah samsara (sengsara/penderitaan), Samsara disebabkan karena adanya keinginan, untuk menghilangkan samsara dilakukan dengan cara meng hilangkan keinginan, dan untuk menghilangkan keinginan harus mengikuti metode delapan jalan kebenaran, yaitu ; pengertian yang benar, pikiran yang benar, ucapan yang benar, berbuatan yang benar, mata pencaharian yang benar, usaha yang benar, perhatian yang benar dan semedi (perenungan) yang benar.)

Sedangkan dalam Islam metode pengendalikan syahwat, dilakukan secara sistemik dalam ajaran yang terkemas dalam syari`ah dan akhlak.

Pengendalian syahwat seksual dilakukan dengan anjuran menikah, menutup aurat tubuh, larangan pergaulan bebas antar jenis, dan “puasa” (puasa mata, telinga dan perut).

Hidup melajang tidak direkomendasi meskipun dengan alasan hak azasi.

Pengendalian syahwat perut dilakukan dengan anjuran; jangan makan kecuali lapar dan berhenti makan sebelum kenyang, disamping puasa wajib dan puasa sunat.

Pengendalian syahwat kekayaan dilakukan dengan pola hidup sederhana dan kewajiban membayar zakat, dan anjuran infaq dan sadaqah. Sederhana tidak identik dengan miskin, sederhana adalah mengkonsumsi sesuai dengan standar kebutuhan universal. Jadi orang boleh punya sebanyak-banyaknya tetapi yang dikonsumsi (makanan, pakaian, kendaraan, rumah dsb) adalah sekedar yang dibutuhkan menurut standar kebutuhan universal. Banyak orang kaya hidupnya sederhana dan tak jarang orang miskin (yang pas-pasan) bergaya hidup bermewah-mewah.

Syahwat politik dikendalikan dengan penekanan bahwa pada hakikatnya seorang pemimpin adalah pelayan dari orang banyak yang dipimpinnya (sayyid al qaum khodimuhum). Politik adalah medan pengabdian, pemimpin adalah pejuang yang berpegang pada prinsip untuk memberi perlindungan dan kesejahteraan orang banyak yang dipimpinnya.

Syahwat gengsi dikendlikan dengan kesadaran akan fungsi, bahwa mobil adalah alat transportasi, pakaian adalah pelindung badan dan penutup aurat, rumah adalah tempat tinggal dan istirahat, harta adalah alat untuk menggapai keutamaan.

Syahwat dan Hawa Nafsu

Orang tertarik kepada lawan jenis adalah wajar dan tidak tercela. Jika ia menindak-lanjutinya dengan pendekatan , melamar dan menikah maka itu menjadi keutamaan, menjadi ibadah dan berpahala. Tetapi jika men follow up i dengan merayu, menipu dan memperkosanya atau berzina, maka syahwat itu sudah berubah menjadi apa yang dalam al Qur’an disebut hawa, yang dalam bahasa Indonesia menjadi hawa nafsu.

Demikian juga orang boleh ingin kaya, ingin jadi bupati, anggauta DPR atau bahkan ingin jadi presiden, itu semua adalah syahwat politik yang wajar, manusiawi, dan tidak tercela. Demikian juga orang yang ingin menjadi milyader atau konglomerat, adalah sah-sah saja. Dorongan syahwat jika diikuti dengan tetap memperhatikan nilai-nilai moral, maka ia bernilai positip. Nah jika dorongan syahwat dituruti tanpa kendali moral, maka ia berubah menjadi dorongan hawa nafsu yang bersifat destruktip. Ingin kaya dengan cara korupsi atau menipu, ingin menjadi pejabat dengan cara menyuap, nah itu semua ujungnya pasti destruktip.

Watak Hawa nafsu

Syahwat yang terkendali oleh akal sehat dan hati yang bersih, apalagi jika juga didasarkan nurani yang tajam dengan disertai pemahaman agama yang benar, maka syahwat berfungsi sebagai penggerak tingkah laku atau hasrat untuk menyuburkan motivasi kearah keutamaan hidup dan menjadikan hidupnya lebih bermakna dan terarah. Dalam kondisi demikian syahwat seperti energi yang selalu menggerakkan mesin untuk tetap hidup dan hangat. Keseimbangan itu menjadikan orang mampu menekan dorongan syahwat pada saatnya harus ditekan (seperti rem mobil), dan memberinya hak sesuai dengan kadar yang dibutuhkan.

Sedangkan hawa nafsu yang memiliki tabiat menuntut pemuasan seketika tanpa mempedulikan dampak bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Begitu kuatnya dorongan hawa nafsu, maka al Qur’an meng- ibaratkan kedudukan hawa nafsu bagi orang yang tidak mampu mengendalikannya seperti tuhan yang harus disembah (ittakhodza ilahahu hawahu).

Pengabdi hawa nafsu akan menuruti apapun perilaku yang harus dikerjakan, betapapun itu menjijikkan. Jika orang memanjakan syahwat dapat terjerumus pada glamourism dan hedonis, maka orang yang selalu mengikuti dorongan hawa nafsunya pasti akan terjerumus pada kriminalitas dan kenistaan. (Sumber : Mubarok institute)

Kita semua termasuk diri saya, juga sedang berjuang untuk mengendalikan hawa nafsu (syahwat) dimaksud, yang setelah kita sadari bahwa ia tidak bisa kita bunuh (matikan), namun kita harus berupaya keras untuk dapat mengendalikannya.

Semoga bermanfaat bagi diriku, keluargaku, maupun orang-orang yang memerlukannya.


Wassalamu’alaikum wr. wb,

Disunting oleh : Drs. H. Umar Hapsoro Ishak ~ dari berbagai sumber

Ana Khoirun Minhu

Assalamu'alaikum,
Sikap Sombong, ’Saya Lebih Baik Dari Dia’

Sombong, barangkali sama tuanya dengan peradaban manusia. Iblis dikutuk dan dikeluarkan dari surga juga lantaran sombong. Ia menolak bersujud kepada Adam as, manusia pertama, karena merasa dirinya lebih baik.

Allah SWT berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang (yang) lebih tinggi?' Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, karena engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah'." (Shaad: 75--76).

"Ana khoirun minhu (saya lebih baik dari dia)," kata Iblis. Merasa diri lebih baik dari pada yang lain itulah sombong. Dan akibat sombong, iblis dikutuk.

Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." (Shaad: 77--78).

Kita berlindung kapada Allah dari perbuatan sombong, baik dalam bentuk sifat, sikap maupun perilaku, karena ia dapat menjadi penghalang masuk jannah. Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan masuk jannah (surga) seseorang yang terdapat dalam hatinya sifat sombong (kibr) meskipun hanya sebesar biji sawi." (HR Muslim).

Berhati-hatilah kita, karena sifat, sikap, dan perilaku merasa lebih baik, lebih mulia bisa menimpa siapa saja. Seorang tokoh yang memiliki pengikut banyak, reputasi yang luas juga berpotensi untuk menyombongkan diri lantaran ketokohannya dan pengikutnya yang banyak.

Seorang yang memiliki tubuh kuat, atletis, jawara, kadang tergoda memamerkan bentuk tubuhya, disamping tidak jarang gampang terpancing perkelahian, dalam urusan kecil sekalipun, hanya lantaran merasa dirinya pendekar.

Seorang rupawan juga kadang tergoda untuk membanggakan kecantikannya dan meremehkan yang tidak seganteng dan secantik dirinya, bahkan sampai mencacat bentuk fisik orang lain.

Seorang hartawan sering tergoda membanggakan pakainnya yang bagus, kendaraannya yang mewah, rumahnya yang mentereng dengan melihat sebelah mata pada kaum alit yang kumal, kotor, kolot dan pinggiran.

Seorang pejabat yang kebetulan pangkatnya lebih tinggi kadang merasa lebih baik dari bawahannya. Presiden merasa lebih baik dari menteri, jenderal merasa lebih baik dari kopral, direktur merasa lebih baik dari karyawan dan seterusnya.

Rasa sombong juga dapat menghinggapi ilmuwan. Ilmunya setinggi langit, titelnya profesor doktor, hafal Alquran, dapat berbicara dalam banyak bahasa. Tetapi, ia tidak sabar untuk menahan dirinya merasa lebih baik dari masyarakatnya.

Seorang bangsawan, karena merasa berasal dari keturunan yang mulia, aristokrat, darah biru, kadang merasa tidak sepadan jika harus bersanding, bergaul dengan yang bukan bangsawan.

Bahkan sifat sombong juga dapat menimpa seorang ahli ibadah atau ulama. Sosok yang secara kasat mata (dhahir) terlihat wara' (sangat hati-hati bersikap), zuhud (sederhana), bertahajud setiap hari, berpuasa senin-kamis, sholat rawatibnya tidak pernah tertinggal. Karena salatnya rajin sekali hingga jidatnya hitam. Namun, ternyata ia tergoda untuk menganggap dirinya orang yang paling suci, paling baik, paling takwa. Orang lain dianggap tidak ada apa-apanya dibanding dia.

Firman Allah SWT;

"Jangan mengatakan dirimu suci, ia (Allah) yang lebih mengetahui siapakah yang lebih bertaqwa." (An Najam : 32).

Kisah Abu Dzar patut kiranya menjadi pelajaran. Suatu ketika beliau sedang marah kepada seorang laki-laki sampai terucap, "Hai anak wanita hitam." Rasulullah mendengar hal itu, kemudian bersabda, "Wahai Abu Dzar, tidak ada keutamaan bagi kulit putih atas kulit hitam," (dalam riwayat lain ditambahkan, "melainkan karena takwa"). Mendengar hal itu Abu Dzar sangat menyesal hingga meminta orang tadi untuk menginjak pipinya. (HR Imam Ahmad).

Allah SWT berfirman : "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS, Luqman: 18).

Perihal sombong, Rasulullah mendefinisikan dalam sebuah riwayat, "Kibr (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR Muslim). Dua kata kunci: menolak kebenaran dan meremehkan manusia, itulah sombong. Ketika ada rasa ingin menonjolkan dan membanggakan diri, ketika hati kita keras menerima nasihat terlebih dari yang lebih yunior, ketika pendapat kita enggan untuk dibantah bahkan tidak jarang dipertahankan dengan dalil yang dipaksakan, ketika kita tersinggung tidak diberi ucapan salam terlebih dahulu, ketika kita berharap tempat khusus dalam sebuah majlis, ketika kita tersinggung titel dan jabatan yang dimiliki tidak disebut, maka jangan-jangan virus takabbur telah meracuni diri kita.

Imam Ghozali mengajari cara mawas diri agar tidak terjebak dalam sikap merasa lebih baik. Ketika kita melihat seseorang yang belum dewasa, kita bisa berkata dalam hati: "Anak ini belum pernah berbuat maksiat, sedangkan aku tak terbilang dosa yang telah kulakukan, maka jelas anak ini lebih baik dariku." Ketika kita melihat orang tua, "Orang ini telah beramal banyak sebelum aku berbuat apa-apa, maka sudah semestinya ia lebih baik dariku." Ketika kita melihat seorang 'alim, "Orang ini telah dianugerahi ilmu yang tiada kumiliki, ia juga berjasa telah mengajarkan ilmunya. Mengapa aku masih juga memandang ia bodoh, bukankah seharusnya aku bertanya atas yang perlu kuketahui?", Ketika kita melihat orang bodoh, "Orang ini berbuat dosa karena kebodohannya, sedangkan aku? Aku melakukannya dengan kesadaran bahwa hal itu maksiat. Betapa besar tanggung jawabku kelak."

Dalam satu riwayat dikisahkan, kota Baghdad diramaikan dengan kabar kedatangan seseorang yang dikenal oleh masyarakat luas sebagai wali (orang saleh). Guru spiritual dan syekh agung Baghdad - Junaidi Al Baghdadi. Kemudian ada seseorang menjumpai beliau dan bertanya, .. Anda-kah sang wali itu ?. Betul, jawab si tamu. Tak berapa lam kemudian berdirilah Syekh Junaidi Al Baghdadi, berpidato dihadapan para muridnya. "Orang ini dusta. Tidak ada seorang wali yang mengetahui dirinya sebagai wali. Dan tak ada seorangpun yang boleh mengatakan bahwa dirinya saleh."

Iblis masuk neraka dan dikutuk oleh Allah untuk selamanya, bukan lantaran dia tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis), tapi semata-mata karena prilaku sombong, angkuh, takabur dan tinggi hati.

Lantas, atas dasar apa kita membanggakan diri ? Bukankah dunia ini bersifat fana? Bukankah kekayaan, pangkat, kecantikan, keturunan, pengikut, dan ilmu merupakan anugerah Allah yang bersifat sementara dan ujian bagi setiap manusia? Perbedaan fisik manusia tidak permanen dan ditujukan untuk menguji kesabaran dan akhlak manusia. Semuanya dapat dicabut sewaktu-waktu jika Allah menghendaki. Ia pun dapat merubahnya sekejab, si cantik dapat diubah-Nya menjadi si buruk rupa, sang jagoan bisa menjadi si buta, si kaya dapat bangkrut seketika, sang pejabat menjadi penghuni penjara, dan seterusnya.

Allah SWT hanya melihat ketakwaan seorang hamba. Bukan kekayaan, pangkat, fisik atau keturunan. Maka sungguh rugi kalau masih ada anak manusia yang masih merasa ana khairun minhu (saya lebih baik dari dia).

Wallahu a'lam bishshowab,

Wassalamu'alaikum,

Disunting oleh : H. Umar Hapsoro Ishak, dari berbagai sumber - a.l dari : Cybermq.com

Ilmuwan Muslim - Ibn Khaldun

Refleksi 600 Tahun Wafatnya Ibnu Khaldun

Pada bulan November 2006 yang lalu, tiga konferensi antar-bangsa digelar dalam rangka memperingati 600 tahun wafatnya ilmuwan muslim ini. Yang pertama pada 3-5 November di Madrid, Spanyol atas kerjasama Islamic Research and Training Institute IDB dengan Universidad Nacional de Educacion a Distance (UNED) dan Pusat Kebudayaan Islam setempat. Yang kedua pada 11 November 2006, di kampus Johann Wolfgang Goethe-Universitaet Frankfurt, dan yang ketiga pada 20-22 November 2006 di ISTAC Kuala Lumpur, Malaysia dengan tema: “Ibn Khaldun’s Legacy and Its Contemporary Significance”.

Sebuah universitas di Bogor telah mengabadikan namanya, namun mungkin masih ada di antara kita yang belum mengenal sosok serta pemikirannya: sejarawan besar dan pemikir ulung yang oleh banyak kalangan dianggap sebagai 'bapak sosiologi’ (1332 - 1406 M).

Ibnu Khaldun adalah seorang ilmuwan besar yang terlahir di Tunisia pada 27 Mei 1332 atau 1 Ramadhan 732 H. Ia bernama lengkap Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad Ibn Khaldun Al-Hadrami Al-Ishbili. Selain dikenal sebagai pemikir hebat, ia juga seorang politikus kawakan.

Ibnu Khaldun hidup dimasa-masa Imperium Islam bagian Barat (termasuk Afrika Utara) di ambang kehancuran. Andalusia (kini, Spanyol) terpecah-belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Kaum Murabitun (Almoravid) dan Muwahhidun (Almohad) saling rebut wilayah dan pengaruh. Sementara kaum Kristen Spanyol waktu itu tengah mengkonsolidasi kekuatan mereka dan menyusun strategi untuk melancarkan serangan besar-besaran demi merebut kembali semua daerah yang diduduki kaum Muslim – peristiwa kelam yang dinamakan ‘reconquista’

Diawali dari Toledo (1085), lalu Cordoba (1236), Seville (1248), dan kemudian Granada (1492), satu persatu wilayah Islam jatuh ke tangan orang-orang Kristen. Kondisi sosial-politik yang tak menentu itu tentu saja banyak memengaruhi perjalanan karir maupun pemikiran Ibnu Khaldun.

Setelah mundur dari percaturan politik praktis, Ibnu Khaldun bersama keluarganya memutuskan untuk menyepi di Qal’at Ibnu Salamah, sebuah istana yang terletak di negeri Banu Tajin, selama empat tahun. Selama masa kontemplasi itulah, Ibnu Khaldun menyelesaikan penulisan karyanya yang sangat fenomenal bertajuk Al-Muqaddimah.

''Dalam pengunduran diri inilah saya merampungkan Al-Muqaddimah, sebuah karya yang seluruhnya orisinal dalam perencanaannya dan saya ramu dari hasil penelitian luas yang terbaik,” ungkap Ibnu Khaldun dalam biografinya yang berjudul Al-Ta’rif bi Ibn-Khaldun wa Rihlatuhu Gharban wa Sharqan.

Muqaddimah

Adalah karya monumental Ibnu Khaldun, seorang ilmuwan yang juga seorang sejarahwan besar pada abad ke-14 M. Buku yang ditulis pemikir dari Tunisia, Afrika Utara ini tercatat sebagai karya yang sangat mengagumkan. Pengaruhnya begitru luar biasa, tak hanya mewarnai pemikiran di dunia Islam, namun juga peradaban Barat.

Orang Yunani menyebut karya Ibnu Khaldun itu sebagai Prolegomena. Sejumlah pemikir sepakat bahwa Muqaddimah adalah karya pertama yang mengkaji filsafat sejarah, ilmu-ilmu sosial, demografi, histografi serta sejarah budaya. IM Oweiss dalam karyanya bertajuk Ibn Khaldun: A fourteenth-Century Economist menilai, Muqaddimah merupakan salah satu buku perintis ekonomi modern.

Buah pikir Ibnu Khaldun itu begitu memukau. Tak heran, jika ahli sejarah Inggris, Arnold J Toynbee menganggap Al-Muqaddimah sebagi karya terbesar dalam jenisnya sepanjang sejarah.

Menurut Ahmad Syafii Ma’arif dalam bukunya berjudul Ibnu Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, salah satu tesis Ibnu Khaldun dalam Al-Muqaddimah yang sering dikutip adalah: `’Manusia bukanlah produk nenek moyangnya, tapi adalah produk kebiasaan-kebiasaan sosial.”

Secara garis besar, Tarif Khalidi dalam bukunya Classical Arab Islam membagi Al-Muqaddimah menjadi tiga bagian utama;

Pertama,
membicarakan histografi mengupas kesalahan-kesalahan para sejarawan Arab-Muslim.

Kedua,
Al-Muqaddimah mengupas soal ilmu kultur. Bagi Ibnu Khaldun, ilmu tersebut merupakan dasar bagi pemahaman sejarah.

Ketiga,
mengupas lembaga-lembaga dan ilmu-ilmu keislaman yang telah berkembang sampai dengan abad ke-14. Meski hanya sebagai pengantar dari buku utamanya yang berjudul al-Ibar, kenyataannya Al-Muqaddimah lebih termasyhur.

Dapat dikatakan, seluruh bangunan teorinya tentang ilmu sosial, kebudayaan, dan sejarah termuat dalam kitab itu. Dalam buku itu Ibnu Khaldun, menyatakan bahwa kajian sejarah haruslah melalui pengujian-pengujian yang kritis.

''Di tangan Ibnu Khaldun, sejarah menjadi sesuatu yang rasional, faktual dan bebas dari dongeng-dongeng,” papar Syafii Ma’arif. Bermodalkan pengalamannya yang malang-melintang di dunia politik pada masanya, Ibnu Khaldun mampu menulis Al-Muqaddimah dengan jernih. Dalam kitabnya itu, Ibnu Khaldun juga membahas peradaban manusia, hukum-hukum kemasyarakatan dan perubahan sosial.

Menurut Charles Issawi dalam An Arab Philosophy of History, lewat Al-Muqaddimah, Ibnu Khaldun adalah sarjana pertama yang menyatakan dengan jelas, sekaligus menerapkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar sosiologi. Salah satu prinsip yang dikemukakan Ibnu Khaldun mengenai ilmu kemasyarakatan antara lain; "Masyarakat tidak statis, bentuk-bentuk soisal berubah dan berkembang.”

Pemikiran Ibnu Khaldun telah memberi pengaruh yang besar terhadap para ilmuwan Barat. Jauh, sebelum Aguste Comte pemikir yang banyak menyumbang kepada tradisi ke-intelektualan positivisme Barat metode penelitian ilmu pernah dikemukakan pemikir-pemikir Islam seperti Ibnu Khaldun (1332-1406).

Dalam metodeloginya, Ibnu Khaldun mengutamakan data empirik, verifikasi teoritis, pengujian hipotesis, dan metode pemerhatian. Semuanya merupakan dasar pokok penelitian keilmuan Barat dan dunia, saat ini. "Ibnu Khaldun adalah sarjana pertama yang berusaha merumuskan hukum-hukum sosial,” papar Ilmuwan asal Jerman, Heinrich Simon. (hri/des)

Selain itu, Ibnu Khaldun dalam adikaryanya itu juga membedah dan mengupas masalah teologi Islam. Yang lebih menarik lagi, Ibnu Khaldun pun membahas sains atau ilmu pengetahuan alam dalam kitabnya yang sangat populer itu. Secara khusus, Ibnu Khaldun mengupas tentang studi 'biologi' dan 'kimia' dalam bab tersendiri mengenai ilmu pengetahuan alam.

Barangkali karena kesibukannya sebagai pejabat negara dan keterlibatannya dalam politik, Ibnu Khaldun tidak banyak menghasilkan karya tulis. Hanya tercatat beberapa buku kecil seputar logika dan filsafat - “Lubab al-Muhashshal”, tentang tasawuf - “Syifa’ as-Sa’il li-Tahdzib al-Masa’il”, dan sebuah otobiografi - “at-Ta‘rif”. Namun, ia meninggalkan sebuah karya raksasa berjudul: “Tarjuman al-‘Ibar wa Diwan al-Mubtada’ wal Khabar fi Ayyam al-‘Arab wal Barbar wa man ‘asharahum min dzawi s-Sulthan al-Akbar”.

Bagian pendahuluan dari kitab inilah yang melejitkan namanya ke seantero jagad. Tak aneh, sebab ‘Muqaddimah’nya itu tak ubahnya bagaikan kapsul yang memuat ekstrak prinsip-prinsip yang bekerja dibalik aneka manifestasi ilmu pengetahuan, pencapaian dan pengalaman masyarakat manusia dari masa ke masa. Sebagaimana diungkapkan pakar sejarah Arnold Toynbee: “In the Prolegomena (Muqaddimat) to his Universal History he has conceived and formulated a philosophy of history which is undoubtedly the greatest work of its kind that has ever yet been created by any mind in any time or place.” (Lihat: A Study of History: The Growths of Civilizations [New York: Oxford University Press, 1962], 3:321-8).

Karya yang ditulis Ibnu Khaldun dalam penjara itu telah diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Perancis (oleh William de Sale, ProlĂ©gomene historiques d’Ibn Khaldoun, Paris 1862-8), Jerman (oleh Annemarie Schimmel, Ibn Chaldun: Ausgewaehlte Abschnitte aus der Muqaddima, Tuebingen 1951) dan Inggris (oleh Franz Rosenthal, The Muqaddimah: An Introduction to History by Ibn KhaldĂ»n, 3 jilid, London 1958).

Pangkal Kejatuhan dan Kejayaan Bangsa

Berikut ini beberapa pandangan Ibnu Khaldun yang masih sangat relevan kini untuk menjadi bahan renungan kita yang sedang berusaha bangkit meraih kejayaan.

Masyarakat dan negara yang kuat adalah masyarakat dan negara yang padanya terdapat tiga perkara;


Pertama,
solidaritas kebangsaan yang kokoh, dimana sikap dan perilaku menzalimi, membenci dan menjatuhkan satu sama lain bertukar menjadi saling memberi, saling menghargai dan saling melindungi. Ibnu Khaldun menyebutnya ‘ashabiyyah atau ‘group feeling’ –meminjam terjemahan Rosenthal.

Kedua,
kuantitas dan kualitas sumberdaya manusianya. Rakyat yang setia kepada negara akan bertambah makna strategis maupun dampak positifnya secara ekonomis dsb jika setiap individunya unggul dan mumpuni. Sebaliknya, keunggulan sumberdaya manusia semata tidak akan banyak berarti jika suatu negara dilanda krisis demografis yang mengantarkannya kepada kepunahan.

Ketiga,
kebangkitan suatu bangsa dan kejayaan negara berawal dari dan hanya akan langgeng apabila orang-orangnya selalu optimis dan mau terus-menerus bekerja keras. Kesuksesan tidak dicapai sekonyong-konyong (la yahshulu lahum zhafarun bil munajazah), ujar Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah, iii/49.

Ibnu Khaldun menganalogikan proses kelahiran dan kehancuran suatu negara dengan kehidupan manusia. Ada tahap-tahap yang mesti dilalui, masing-masing dengan pasang-surut dan pahit-manisnya. Menurut Ibnu Khaldun yang memandang proses sejarah dalam kerangka siklus (ketimbang proses linear ataupun dialektikal), runtuhnya suatu imperium biasanya diawali dengan kezaliman pemerintah yang tidak lagi mempedulikan hak dan kesejahteraan rakyatnya (iii/43) serta sikap sewenang-wenang terhadap rakyat (iii/22).
Akibatnya timbul rasa ketidakpuasan, kebencian dan ketidakpedulian rakyat terhadap hukum dan aturan yang ada. Situasi ini akan semakin parah bila kemudian terjadi perpecahan di kalangan elit penguasa yang kerap berbuntut disintegrasi dan munculnya ‘petty leaders’ (iii/45).

Yang paling menarik adalah observasi Ibnu Khaldun pada pasal 11: bahwa ketika negara sudah mencapai puncak kejayaan, kemakmuran dan kedamaian, maka pemerintah maupun rakyatnya cenderung menjadi tamak dan melampaui batas dalam menikmati apa yang mereka miliki dan kuasai. Itulah petanda kejatuhan mereka sudah dekat.

Namun, kejatuhan suatu bangsa hampir selalu didahului atau diikuti oleh kenaikan bangsa lain yang mewarisi dan meneruskan tradisi maupun peradaban sebelumnya. Sebagai pengganti yang belum semaju dan secanggih pendahulunya, bangsa yang baru muncul ini cenderung meniru bangsa yang pernah menjajahnya hampir dalam segala hal, dari cara berpikir dan bertutur hingga ke tingkah laku dan soal busana. Proses ini bisa berlangsung tiga sampai empat generasi.

Bangsa yang dikalahkan cenderung meniru bangsa yang menaklukannya karena mengira hanya dengan begitu mereka dapat menang kelak. Jika kejayaan suatu bangsa hanya bertahan empat atau lima generasi, hal itu dikarenakan generasi pertama adalah ‘pelopor’, generasi kedua ‘pengikut’, generasi ketiga ‘penerus tradisi’ (tradition keepers), sedangkan generasi keempat berpaling dari tradisi (tradition losers).

Berbeda dengan para penulis sejarah sebelumnya, Ibnu Khaldun dalam analisisnya berusaha objektif. Pendekatan yang dipakainya tidak normatif, akan tetapi empiris-positivistik. Uraiannya berpijak pada das Sein dan bukan das Sollen, pada apa yang sesungguhnya terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi. Hematnya, kejayaan suatu bangsa lebih ditentukan oleh apakah dan sejauh mana mereka secara kolektif berhasil memenej potensi-potensi yang ada padanya semaksimal dan optimal mungkin. (Dr Syamsuddin Arif - Harian Republika)

Biologi


Teodros Kiros dalam karyanya Explorations in African Political Thought, mengatakan, dalam bidang biologi secara khusus Ibnu Khaldun membahas masalah teori evolusi. Menurut Khaldun, dunia ini dengan segala isinya memiliki urutan tertentu dan susunan benda. Ia mencoba mencoba mengaitkan antara penyebab dan hal-hal yang disebabkan, kombinasi dari beberapa bagian penciptaan dengan yang lain, dan transformasi dari beberapa wujud menjadi sesuatu yang lain.

Selain itu, Ibnu Khaldun juga membahas penciptaan dunia. Menurut dia, makhluk hidup berawal dari sebuah mineral kemudian berkembang dan berakal. Secara bertahap, kemudian berubah menjadi tanaman dan hewan. "Tahap terakhir mineral ''terhubung'' dengan tahap pertama dari tanaman, seperti tumbuhan dan tanaman tak berbiji,'' tutur Ibnu Khaldun.

Tahap terakhir tanaman, lanjut dia, seperti pohon kelapa dan tumbuhan yang merambat (pohon anggur), terhubung dengan tahap pertama binatang, seperti keong (siput) dan kerang yang hanya memiliki kekuatan sentuh.

Menurut Ibnu Khaldun, dunia binatang kemudian semakin meluas menjadi berbagai jenis. Dalam proses penciptaan bertahap, hewan/binatang akhirnya mengarah ke bentuk manusia, yang mampu berpikir dan mengartikan. "Tahap tertinggi manusia dicapai dari dunia kera, di mana kedua kecerdasan dan persepsi ditemukan, namun belum mencapai tahap refleksi dan berpikir sebenarnya," tutur Ibnu Khaldun.

Ibnu Khaldun ternyata seorang penganut determinisme lingkungan. Dia menjelaskan bahwa kulit hitam itu disebabkan oleh iklim panas dari gurun Sahara Afrika dan bukan karena keturunan. "Dia justru menghalau teori Hamitic, di mana anak-anak Ham yang dikutuk oleh makhluk hitam, sebagai mitos," jelas Chouki El Hamel dalam karyanya Race, slavery and Islam in Maghribi Mediterranean thought: the question of the Haratin in Morocco.

Kimia

Menurut George Anawati, dalam bidang kimia, Ibnu Khaldun adalah seorang kritikus praktik kimia pada dunia Islam. "Dalam bab 23 berjudul Fi 'Ilm al-kimya, ia membahas sejarah kimia, yang dilihat dari ahli kimia seperti Jabir ibnu Hayyan (721-815 M), dan teori dari perubahan logam dan elixir (obat yang mujarab) kehidupan. " ungkap Anawati dalam karyanya Arabic Alchemy.

Anawati menambahkan dalam bab 26 Kitab Muqaddimah yang berjudul thamrat Fi inkar al-kimya wa istihalat wujudiha wa ma yansha min al-mafasid, Khadlun menulis sebuah sanggahan sistematis tentang kimia dalam sosial, ilmiah, filosofis dan dasar agama.

"Dia mengawali sanggahan pada dasar sosial, argumentasi bahwa banyak ahli kimia yang mampu mendapatkan penghasilan dari hidup karena pemikiran yang menjadi kaya melalui kimia dan akhirnya kehilangan kredibilitas," papar Anawati.

Ibnu Khaldun juga berpendapat bahwa beberapa ahli kimia terpaksa melakukan penipuan, baik secara terbuka dengan menggunakan sedikit lapisan emas/perak di atas perak/perhiasan tembaga maupun secara diam-diam menggunakan prosedur yang melapisi pemutihan tembaga dengan menyublimasi raksa. Meski begitu, ia mengakui bahwa ada saja ahli kimia yang jujur.

Ibnu Khaldun juga mengkritisi pandangan dan teori tenteng kimia yang dicetuskan al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Tughrai. "Ilmu pengetahuan manusia tak berdaya bahkan untuk mencapai yang terendah sekalipun, kimia menyerupai seseorang yang ingin menghasilkan manusia, binatang atau tanaman."

Anawati mengatakan, dalam mengkritisi ilmu kimia, Ibnu Khaldun pun menggunakan sosial logikanya. Anawati menuturkan bahwa Ibnu Khaldun dalam kitabnya menegaskan bahwa kimia hanya dapat dicapai melalui pengaruh psikis (bi-ta'thirat al-nufus). Hal yang luar biasa menjadi salah satu keajaiban dari ilmu gaib/ilmu sihir (rukiat) ... Mereka tak terbatas, tak dapat diklaim untuk mendapatkan mereka."

Prof Hamed A EAD, dari Universitas Kairo dalam tulisannya bertajuk Alchemy in Ibn Khaldun's Muqaddimah mengatakan bahwa Ibnu Khaldun mendefinisikan kimia sebagai "ilmu yang mempelajari zat yang mana generasi emas dan perak tiruan bisa diciptakan.''

Begitulah Ibnu Khaldun mengupas ilmu pengetahuan alam dalam karyanya yang sangat fenomenal, Al-Muqaddimah.

Disunting oleh : H. Umar Hapsoro Ishak, dari berbagai sumber - 25/07/09