Obrolan Abu Nawas - Soal Krisis Ekonomi Global (2)

Malam ini, kembali Abu Nawas muncul untuk melanjutkan obrolan kita kemarin yang terhenti soal Krisis Ekonomi Global. Seakan sudah tahu apa yang akan saya tanyakan malam ini, ia langsung membuka obrolan, "hehehe, ... anta pasti mau nagih penjelasan ana soal 'Bank investasi raksasa Lehman Brothers AMBRUK ! diikuti lembaga keuangan lainnya terkapar kena imbasnya, ribuan investor di AS stress karena fulusnya raib, berikut fulusnya para pensiunan yang diinvestasikan menguap, ditambah puluhan ribu karyawan jadi pengangguran di AS, ditambah ada kurang lebih 2.5 juta orang Amerika rumahnya disita karena tidak mampu membayar cicilan, .. itu kenapa?', ... tenang Ji ana belum pikun koq". Saya pun tersenyum, seraya menyodorkan rokok kegemarannya (merknya rahasia, kecuali mau jadi sponsor ...hehehe). Tanpa berlama-lama lagi, ia pun memulai obrolan kita.

"Seperti yang ana jelasin kemarin, bahwa ... Ekonomi AS jatuh disebabkan oleh masalah 'mortgages', ... tapi sebenanya bukan itu masalah utamanya. Masalah mortgage itu kira-kira seperti orang bisulan yang nunggu pecahnya saja, terus bisulnya kepencet. ... Masalah sesungguhnya adalah, ... ,"kapitalis yang kebablasan (liberalisme habis-habisan)" krisis surat berharga perumahan Amerika Serikat (the U.S. subprime mortgage crisis) yang terjadi sejak Juli 2007 dan telah mengimbas ke seluruh pelosok dunia. Malahan menurut Alan Greenspan, mantan kepala Bank Sentral AS, menyebut krisis keuangan dunia saat ini sebagai kejadian yang terjadi sekali dalam 100 tahun. Bangkrutnya Lehman brothers tercatat sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah korporasi AS. si Alan juga bilang, .. 'Fasten your seat belt, we’re facing the global financial crisis!'.

Nah sekarang kita ngobrolnya yang gampang-gampang aja deh, ... Secara sederhana, sistem perusahaan keuangan yang dikenal sebagai Bank di AS hanya ada 2 yaitu Commercial Bank (Bank Umum seperti Citibank, Bank Chase Manhattan Bank, dsb) dan yang satu lagi adalah Investment Bank (Meryll Lynch, Lehaman Brothers dsb).

'Krisis subprime mortagage' di Amrik terjadi akibat dari kegiatan Investment Bank (bukan Commercial Bank). Bank-bank dengan kategori Commercial Bank kena imbasnya karena kebijakan sebagai bank umum di beberapa negara terlampau longgar.

Bank Indonesia di negara kita sangat melarang Commercial Bank untuk beli saham, beli komoditi tertentu (kelapa sawit dsb). Commercial Bank di luar negeri khususnya di Amrik dapat beli saham atau surat berharga (commercial paper, certificate of deposit, notes dsb) atau beberapa produk keuangan yang diciptakan oleh Investment Bank (derivative product seperti Currency Swap, Option, Forward Rate Agreement, dsb).

Produk Investment Bank itu sangat dikenal sebagai produk yang dijuluki, "Zero Sum Game" (you will loose or you will gain). Maksudnya adalah satu pihak yang akan rugi dan ada satu pihak yang akan untung karena transaksi itu. Transaksi Investment Bank itu tidak ada jaminan atau kolateral.

Kalau kita pinjam kredit uang untuk usaha di Commercial Bank seperti di Chase Manhattan Bank, Citibank dan sebagainya pasti akan dimintai jaminan, apakah bentuknya itu Rumah, Deposito, Tanah atau Pabrik. Nah kalo kredit kita macet, jaminan nya diambil/disita khan?.

Investment Bank begitu transaksi nya rugi tidak ada jaminan yang bisa diambil, karenanya, .. kerugiannya ditanggung oleh perusahaan itu sendiri, makanya Meryll Lynch, Lehman Brothers rugi besar karena modal perusahaan dipakai untuk menanggung kerugian transaksinya. Kalo modalnya abis-abisan, yang mau disita paling-paling kolor si bosnya.

Itu khan mulainya kira-kira begini: Pada 1990-an bank-bank di Eropa umumnya kelebihan dana. Artinya, terlalu banyak uang deposito milik masyarakat yang ditaruh di bank-bank Eropa. Orang Eropa memang lebih konservatif. Tidak terlalu senang spekulasi bermain saham. Ini berarti bank harus membayar bunga deposito kepada masyarakat terlalu banyak. Maka, bank-bank Eropa mencari akal sekuat tenaga untuk memutar uang tersebut agar bisa menghasilkan bunga lebih besar.

Orang Amrik salah satunya yang namanya Joseph J. Cassano, melihat persoalan bank-bank Eropa ini adalah peluang buat dapetin fulus gampang, dan Cassano juga tahu lembaga-lembaga keuangan di AS lagi kesulitan fulus karena banyaknya kredit perumahan yang macet (subprime mortgage). kalau yang ana baca dari catatannya Dahlan Iskan (CEO Jawa Pos), .. Nama Cassano amat top di Eropa dalam pengertian yang negatif. Cassano memang orang New York, tapi berkantor di London, Inggris. Hebatnya, kantor pusatnya di New York sangat bergantung padanya. Bahkan, ada yang menggambarkan, kantor pusat AIG (American International Group), perusahaan asuransi terbesar di dunia di New York itu sudah bertekuk lutut pada anak perusahaannya atau unit usahanya di London yang di bawah komando Cassano ini. Malahan ada yang bilang si Cassano inilah yang membuat AIG runtuh dan memaksa pemerintah Amerika Serikat mengambil alih 85 persen saham AIG dengan cara menyuntikkan dana ke AIG USD 85 miliar, hampir sama dengan nilai seluruh APBN kita. Lucu khan? ... negara yang mengagung-agungkan pasar bebas akhirnya ikut nyuntik fulus (intervensi) ke pasar, .. jadi orang-orang politik di negeri ini yang menebar isu anti neolib, ... sebenarnya jadi lebih lucu lagi kita dengernya (mereka denger berita atau baca koran ng'ga ya?.pen).

Kita lanjut Ji, .... Bank-bank Eropa melihat situasi di AS itu seperti menghadapi madu dan racun. Apalagi, jaringan Cassano sangat agresif menggoda mereka. Di satu pihak bank-bank Eropa sangat ingin menyalurkan kelebihan dananya ke sana karena iming-iming suku bunga yang sangat menggiurkan. Di lain pihak bank-bank Eropa itu takut lantaran agunan yang diterima adalah rumah-rumah yang berasal dari sitaan kredit macet. Padahal, harga rumah-rumah itu sudah jauh lebih rendah daripada nilai kredit yang macet.

Yang paling ditakutkan bank-bank Eropa adalah: jangan sampai melanggar aturan bank internasional yang disebut Basel II, terutama menyangkut kecukupan modal. Dalam aturan itu disebutkan bahwa setiap memberikan kredit, bank harus meningkatkan modal yang disimpan di penjaminan. Semakin kurang berkualitas kredit itu semakin tinggi nilai modal penjaminannya. Bank-bank di Eropa tahu kalau sampai mereka memberikan kredit yang dikaitkan dengan subprime mortgage, konsekuensi permodalannya sangat berat.

Di saat seperti itulah Cassano datang dengan resep yang dianggap bisa membersihkan racun dari madu. Bank-bank Eropa bisa menikmati bunga tinggi yang ditawarkan Cassano tanpa harus meneguk racunnya. Yakni, menggunakan resep bikinan Cassano yang disebut credit default swaps (CDS) tadi. Bank-bank Eropa bisa meminjamkan uang kepada lembaga-lembaga keuangan besar di AS seperti Lehman Brothers, Goldman Sachs, dan seterusnya dengan swaps atau jaminan atau perlindungan dari AIG.

Dengan resep dari Cassano ini, bank-bank Eropa bisa berkelit dari kewajiban penyetor modal penjaminan tambahan seperti yang diatur dalam Basel II. Untuk itu bank-bank Eropa memang harus membayar fee yang besar kepada AIG. Sebagai bandingan, kalau untuk fasilitas credit equity swaps (CES) fee-nya maksimum hanya 100 basis poin, untuk CDS ini AIG minta fee sampai 500 basis poin. Meski harus membayar fee kepada AIG yang sangat besar, bank-bank Eropa merasa aman.

Lehman Brothers bangkrut antara lain, karena 60 miliar dollar AS dana dari investor, yang dipercayakan kepada Lehman, dialokasikan ke sektor perumahan AS. Investasi ke sektor perumahan itu terjebak kemacetan. Lehman dimintai tanggung jawab oleh para investor. Kegagalan memenuhi kewajiban itu membuat klien Lehman Brothers melepas surat-surat berharga yang diterbitkan Lehman yang menyebabkan arus kas mengering. Lehman mengajukan permohonan kebangkrutan pada 15 September untuk menghindari gugatan kreditor. Dengan permohonan itu, Lehman lepas dari tanggung jawab hukum dan dilikuidasi. Aset yang tersisa akan dipakai membayari utang-utang yang tidak memadai. (kompas, 08/10/08)

Itulah gara-gara resepnya Cassano yang disebut credit default swaps (CDS) tadi - “perlindungan terhadap kredit gagal bayar”. Dan Eropa korban terparah, karena bank-banknya minjemin fulusnya ke lembaga-lembaga keuangan besar di AS, antara lain ke Lehman Brothers, Goldman Sachs, dan seterusnya dengan swaps atau jaminan atau perlindungan dari perusahaan2 dengan rating AAA, seperti AIG, yang jaminannya adalah kredit-kredit gagal bayar tadi seperti yang berasal dari 'subprime mortgage', yang sebenarnya mereka juga udah tau, bahwa resiko subprime mortage lebih tinggi, karenanya bunga yang dikenakan kepada peminjam juga lebih tinggi. Sekarang anta bayangin aja, ... ada orang yang lebih susah bayar utang, tapi harus membayar bunga yang lebih tinggi. Nah tuh khan, ... surat utang rumah dari pengutang yang sebenarnya ng'ga layak dapat kredit di jadikan anggunan, itulah ekonomi kapitalis, ... yang penting dapet fulus, mau riba atau bukan eng'ga soal.

Ini yang ana maksud, bahwa harta hanya berputar di kalangan tertentu dalam bentuk Derivatif dan The Bubble Economy . Derivativasi dalam bentuk modern - seperti obligasi kolateral dari hutang (collateralised debt obligations), obligasi hutang pembelian rumah (mortgage debt obligations), penukaran kredit jatuh tempo (credit default swaps) - semuanya merupakan sumber terjadinya kegagalan kredit. Filsafat pemikiran yang mendasari pertumbuhan derivativasi adalah asumsi teoritis bahwa resiko bisa dipindahkan ke lembaga lain yang mampu mengatasinya. Pada prakteknya, Warren Buffet menunjukkan beberapa tahun yang lalu bahwa derivativasi tidak lain adalah bentuk senjata keuangan penghancur massal. Semua lembaga yang akhirnya bangkrut termakan oleh asumsi tersebut dimana mereka berharap mengambil keuntungan dengan mentransfer resiko ke lembaga lainnya. Namun fakta yang terjadi adalah mereka justru menumpuk sebatas kertas-kertas tidak bernilai yang memicu timbulnya kerugian yang sangat besar. Ini semua membuka kedok Kapitalisme yang kebabablasan, yang mempropagandakan praktik-praktik keuangan semacam ini.

Hukum subprime mortgage dalam perpektif ekonomi syariah adalah haram. Ada beberapa pelanggaran syariah dalam masalah subprime mortgage ini, antara lain :

Pertama, Utang piutang dengan sistem ribawi. Ini jelas keharamannya berdasakan Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2:275-279).

Kedua, Barang jaminan uang piutang dengan barang yang ditransaksikan."

Dengan termangu-mangu saya menyimak penjelasan Abu Nawas bak pengamat yang sering nongol di tipi, ... " wah anta bisa di tanggap di tipi nih kalau kedengeran orang tipi", seloroh saya kepada Abu Nawas.

"hehehe, .. bisa aja anta Ji, .... mana mau tipi nanggap ana yang title ng'ga serenceng, atau ada embel-embelnya fulitisi", sela Abu Nawas menganggapi banyolan saya.

"Tapi dari tadi anta ngomongin mortgage atau subprime mortgage, ... itu makanan apa sih?", saya pun kembali mengajukan pertanyaan kepada Abu Nawas.

"Tuh khan .... lagi-lagi anta nanyanya yang memerlukan jawaban panjang, ... besok lagi aja deh, ana udah ngantuk nih", Jawab Abu Nawas.

Lagi-lagi obroran santai dengan shohib imajiner saya kembali terputus, dan InsyaAllah akan dilanjutkan kembali esok hari, sambil sekalian nemenin saya begadang sampai sahur di Kantin Rasamala Cyberzone.

Semoga obrolan di bulan ramadhan ini ada manfaatnya buat sekedar nambah-nambah pengetahuan bagi yang belum tahu, dan bagi yang sudah tahu atau yang lebih tahu, saya harapkan koreksinya dan mau berbagi ilmunya di bulan Ramadhan yang penuh berkah dan maghfiroh ini.(HUH-03/09/09)

Bersambung .........


Salam,

H. Umar Hapsoro Ishak - Shohib imajinernya Abu Nawas.
Sekilas tentang Abu Nawas ;

Abu Nawas orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang Badui Padang Pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab. Ia juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. Ia sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.